Big Dusta
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Dialog-dialog panjang dalam ‘’Republik’’ mendedah filosofi politik Plato mengenai prinsip-prinsip kewarganegaraan yang masih relevan dengan kondisi saat ini.
Di kehidupan modern saat ini, alegori gua berubah wujud menjadi simulacra, sebuah kondisi di ruang yang penuh dengan simulasi atau reduplikasi suatu objek seperti produk barang, sehingga antara yang asli dengan yang kawe tidak dapat dibedakan, bahkan akhirnya simulasi itu menghasilkan realitas tersendiri.
Pencitraan politik dibuat sebegitu teliti dan jelimet sehingga publik tidak bisa lagi membedakan mana yang akting dan mana yang nyata.
Simulacra telah menjadikan akting dan nyata menjadi sama-sama nyata, tidak ada perbedaan sama sekali.
Publik yang berusaha keluar dari realitas semu terus-menerus terperangkap oleh kerangkeng dan rantai di dalam gua, sehingga mereka tidak bisa lagi tergerak.
Para pundit dan ahli berbicara di media dengan berbuih-buih membela pencitraan itu.
Mereka lebih mirip kaum sofis yang cerdik pandai dan piawai bersilat lidah, padahal menyesatkan.
Para sofis itu menjual kebenaran dan keahlian kepada siapa pun yang mau membayarnya.
Klaim big data 120 juta suara menghendaki pemilu ditunda dan masa jabatan Jokowi diperpanjang, menjadi perbincangan. Benar big data, atau hanya big dusta?
- Prabowo Seorang Kesatria, Harus Tegas Hadapi Cawe-Cawe Jokowi di Pilkada
- Pilwalkot Semarang 2024: Restu & Doa Jokowi untuk Yoyok-Joss
- Lihat Senyum Jokowi saat Kampanye Luthfi-Yasin di Simpang Lima Semarang
- Dukungan Anies untuk Pram-Rano Bakal Berdampak Signifikan
- Agung Sebut Pilkada Jateng Jadi Ajang Pertarungan Efek Jokowi vs Megawati
- Ikuti Arahan Jokowi, Pujakesuma Dukung Ridwan Kamil-Suswono di Pilkada DKI