Big Dusta

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Big Dusta
Contoh platform media sosial yang menjadi bahan pengumpulan big data. Foto/ilustrasi: Ayatollah Antoni/JPNN.com.

Kejatuhan Pak Harto juga hanya beberapa bulan setelah pelantikannya sebagai Presiden RI periode 1998-2003.

Pak Harto juga sudah berkali-kali menyatakan niatnya berhenti. 

Namun, para pembantunya meyakinkan rakyat masih menghendaki Pak Harto lanjut. 

Para menteri di sekitar Pak Harto menjadi pembisik maut laksana para buzzer zaman now. 

Mungkin, ketika itu Pak Harto juga disodori ‘’big data’’ dalam bentuk butek alias kebulatan tekad yang direkayasa ‘’pejah gesang nderek Pak Harto’’. Di mana-mana muncul kebulatan tekad mendukung Pak Harto jadi presiden lagi.

Berbagai forum direkayasa, mulai dari forum profesional sampai forum petani dalam bentuk kelompencapir. 

Itulah ‘’big data’’ zaman old yang disodorkan kepada Pak Harto yang kemudian menerimanya dengan agak enggan.

Bung Karno, Pak Harto, dan Jokowi, sangat mungkin terikat dalam rantai di dalam gua, dan tidak bisa melihat kondisi riil di luar gua. Apa yang dilihatnya hanyalah pantulan cahaya dari luar yang direkayasa.

Klaim big data 120 juta suara menghendaki pemilu ditunda dan masa jabatan Jokowi diperpanjang, menjadi perbincangan. Benar big data, atau hanya big dusta?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News