Bijak Menilai Pajak
Optimistis tahun depan
Bagaimana dengan tahun 2020 yang dalam shio disebut dengan tahun tikus logam? IMF sudah memproyeksikan perekonomian dunia akan tumbuh lebih baik, yaitu 3,4 persen.
Salah satu alasannya adalah damai dagang antara AS-China diprediksi akan menemui titik temu yang utuh.
Jika itu terwujud, maka ekonomi global pun akan bergairah kembali. Harga-harga komoditas bakal kembali meningkat. Begitupula dengan aktivitas ekspor dan impor. Implikasinya adalah penerimaan pajak akan kembali meningkat.
Tahun depan, penerimaan pajak ditargetkan sebesar Rp 1.642,2 triliun atau tumbuh 19 persen dibandingkan tahun lalu. Melihat tren-tren tahun sebelumnya, sejumlah pihak memprediksi maksimal penerimaan pajak berada pada rentang 87 persen hingga 88 persen. Namun, itu masih proyeksi yang berbasis kepada realisasi tahun-tahun lalu. Waktu akan menjawab.
Namun yang pasti, pemerintah harus terus memaksimalkan intensifikasi dan ekstensifikasi dalam menggenjot penerimaan pajak. Normatifnya demikian. Lalu, apa langkah-langkah yang dapat dilakukan?
Yang pertama tentu memaksimalkan data Automatic Exchange of Information (AEoI). Ia merupakan suatu kerja sama internasional pertukaran data keuangan secara otomatif untuk keperluan pajak. Khusus Indonesia, kerja sama dengan berbagai negara itu telah dimulai sejak September 2018.
Hanya dalam hitungan hari, Tahun 2019 akan segera berakhir. Namun, kerja-kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin tak mengendur sama sekali, terutama Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan
- Pendapatan Pajak di Jakarta Capai Rp 44,46 Triliun pada 2024
- Patuhi Aturan Pajak Terbaru, INDODAX Berharap Kripto Dikecualikan dari PPN
- Kadin Indonesia Mengapresiasi Pemerintah yang Mendengar Masukan Masyarakat Terkait PPN 12 Persen
- Efek PPN 12 Persen, 3 Jenis Kredit Perbankan Ini Bakal Naik
- Pimpinan DPR Nilai Kebijakan PPN 12 Persen untuk Kluster Barang Mewah Penuhi Rasa Keadilan
- Ekonom Sebut Dampak PPN 12% Bakal Memukul UMKM