Bikin 4.000 Masjid agar Muslim Indonesia Serasa di Rumah
Ruangan salat utama beralas karpet secara keseluruhan. Saat kunjungan delegasi Jawa Pos Group, tidak banyak jamaah yang hadir untuk salat Asar. Hanya tiga saf yang terisi oleh jamaah. Sebagian di antara mereka mengenakan gamis dan serban. Seluruh jamaah, kecuali delegasi Jawa Pos Group, tetap menggunakan kaus kaki ketika salat.
Untuk jamaah perempuan, disediakan ruangan khusus di lantai 1. Tepatnya di sisi kiri masjid. Tempat yang berukuran sekitar 8 meter x 6 meter itu diberi sekat portabel untuk membatasi ruangan salat dengan ruangan lain. Masjid tersebut tidak menyediakan mukena. Namun, sajadah sudah terhampar dan bisa digunakan kapan pun.
Imam Masjid Nanguan Ismi yang memimpin salat melafalkan takbir dengan logat yang tercampur antara Mandarin dan Arab. Lafal takbir yang lugas khas Timur Tengah disuarakan dengan nada lembut khas Tiongkok Barat. Seluruh gerakan salat dilakukan perlahan, kacuali di bagian iktidal (berdiri setelah rukuk).
Selepas salat, Ismi memimpin para jamaah berzikir bersama. Lafal maupun urutan zikir yang dibaca sama persis dengan yang biasa dibaca oleh jamaah salat di Indonesia. Diawali dengan istigfar tiga kali, lafal tauhid, doa keselamatan, disusul zikir pujian, syukur, dan takbir masing-masing 33 kali sebelum diakhiri dengan doa bersama.
Meski sudah lama memiliki penduduk muslim, kebebasan beragama baru didapat umat muslim Tiongkok pada 1959. Saat itu pemerintah Tiongkok sudah tidak lagi mengekang warganya dalam berkeyakinan dan beribadah.
Yunus menuturkan, salah satu tanda kebebasan beragama di Tiongkok adalah banyaknya umat muslim Negeri Panda yang berangkat haji tiap tahun. Sebelum 1959, warga muslim Tiongkok yang beribadah haji bisa dihitung dengan jari. Seiring dengan kebebasan beragama, minat warga muslim Tiongkok untuk beribadah haji makin tinggi. ”Di Ningxia tiap tahun ada 20–30 orang yang berangkat haji. Di seluruh Tiongkok bisa mencapai 3.000 orang per tahun,” urainya.
Bahkan, Pemerintah Provinsi Ningxia punya tradisi yang terkait dengan haji. Setiap rombongan akan berangkat ke Tanah Suci, perwakilan Pemprov Ningxia akan mengantar para calon jamaah haji itu hingga pintu pesawat. Sama dengan kebiasaan di beberapa daerah di Indonesia.
Yunus punya cerita tersendiri saat bersua dengan jamaah haji dari Indonesia. Kala itu dia berpapasan dengan salah satu rombongan jamaah Indonesia yang bersiap meninggalkan Masjidilharam. Ketika rombongan itu pergi, Yunus mendapati satu tas yang diyakininya milik rombongan jamaah Indonesia tertinggal.
Bangunan masjid agung di Ningxia, Tiongkok, tak jauh beda dengan kebanyakan masjid di Indonesia. Yang sedikit berbeda hanya bagian atas pintu gerbang.
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408