Bikin Meja-Kursi Cyborg, Finalis Kompetisi Desain Eropa-Asia
Sabtu, 23 Oktober 2010 – 12:32 WIB
Didi masih berupaya mencari pasar untuk kursi dan meja cyborg tersebut. Sebab, orang yang menggunakan perabot seperti itu belum populer. Selain meja-kursi tersebut, dia mengembangkan meja dan kursi sekolah dari kayu bekas peti kemas. Yakni, kayu-kayu kemasan barang-barang impor.
Didi sangat menghindari membuat perabot dari kayu jati atau kayu-kayu dari hutan-hutan Indonesia. Sebab, asal-usul kayu-kayu tersebut sering tak jelas. "Dari hutan mana dan apakah sudah melalui regulasi pemerintah, itu sering tak jelas," tegasnya.
Karena itu, bapak tiga anak tersebut lebih memilih kayu-kayu peti kemas. Sebab, kayu-kayu itu tumbuh di daratan Eropa. Di benua biru tersebut, kata Didi, regulasi penebangan pohon sangat ketat. Namun, tidak berarti penebangan pohon sama sekali dilarang.
Saat berkunjung ke Finlandia pada 2002 silam, dia melihat negara-negara di Eropa memiliki peraturan ketat dalam penebangan pohon. Sebelum menebang pohon, mereka harus menanam ratusan bahkan ribuan bibit pohon. Peraturan itu, kata dia, sudah dijalankan secara turun-temurun. "Jadi, ketika pohon ditebang, sudah ada pohon lain yang siap menggantikan," ujar lelaki kelahiran Jakarta 36 tahun silam tersebut.
Membuat barang-barang bekas menjadi barang apik merupakan kreativitas sehari-hari Didi Diarsa Adiana. Dia berhasil menciptakan furnitur sekolah dari
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408