Bikin Tari Buku agar Anak-Anak Suka Membaca

Bikin Tari Buku agar Anak-Anak Suka Membaca
JATUH BERANTAI: Komunitas Arek-Arek Kreatif, relawan TBM Mawar, tim Barpus Surabaya, dan siswa SDN Rungkut Menanggal 1 membuat domino buku. Foto: Phaksy Sukowati/Jawa Pos

Mereka memanfaatkan gadget untuk tukar ide dan sumbang saran. Misalnya, menandai foto (tagging) di Facebook. Pesan berantai lewat BlackBerry Messenger (BBM) hingga jaringan komunikasi berbasis pesan singkat lainnya. Itu kudu dilakukan lantaran anggota komunitas tersebut memang tersebar di beberapa wilayah dan universitas di Surabaya.

Dalam rapat virtual itu, mereka menyaring ide-ide paling jos. Baik dari sisi kreativitas maupun kebaruan. ’’Biasanya kami googling ide-ide itu. Yang paling unik dan belum pernah diadakan yang akan dipilih,’’ ujar Dicki.

Untuk lebih mendekatkan diri terhadap masyarakat, Komunitas Arek-Arek Kreatif juga peka terhadap isu-isu urban. Misalnya, soal lingkungan atau menggandeng tokoh-tokoh inspiratif Surabaya.

Salah satunya adalah soal kematian beberapa satwa Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang mereka jadikan topik edukasi. ”Anak-anak dikumpulkan untuk dapat wawasan pentingnya kehidupan satwa liar bagi manusia. Mereka juga kami ajari jenis-jenis satwa langka,’’ kata Diki. Kegiatan itu juga diwarnai pemasangan puzzle besar bertema hewan-hewan punah.

Saat Nelson Mandela, tokoh antiapartheid dari Afrika Selatan mangkat, misalnya, komunitas tersebut juga membikin acara penyampaian pesan-pesan dari anak-anak kepada mendiang Mandela. ’’Persiapan kami hanya tiga hari. Tapi, respons masyarakat dan media cukup baik,’’ jelas Dicki. Tak cuma media lokal, kantor berita asing seperti Reuters dan AFP pun ikut meliput.

Segala suka boleh mereka alami. Tapi, itu tidak berarti mereka tak pernah mengalami hal pahit. Misalnya, mereka digusur satpol PP saat beraksi di Taman Bungkul. Komunitas itu diusir karena menggelar terpal di sekitar taman untuk memajang koleksi buku. Harapannya, buku-buku tersebut dibaca masyarakat yang sedang santai di momen car free day. ’’Mungkin, dikira kami membuka lapak,’’ kata Dicki.

Padahal, saat itu mereka mengangkat tema inspirasi Andi Alfian Mallarangeng. Mantan Menpora yang terkena kasus korupsi tersebut memang tetap suka membaca meski sedang menginap di hotel gratisan (prodeo).

Yang dikritik memang bukan kasus hukumnya. Tapi, kecintaan seseorang terhadap buku dalam situasi apa pun. Ketika itu, komunitas tersebut juga melakukan aksi teatrikal dengan memakai topeng Andi, menenteng novel Inferno, lantas menarik koper yang penuh buku.

PUSTAKAWAN modern bukan orang yang ngendon di ruang baca dan menanti pengunjung datang. Bukan. Pustakawan masa kini bukan sekadar tukang jaga ruang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News