Bila SBY Jatuh…!
Kamis, 14 Juli 2011 – 12:15 WIB
Di negara kita, karena memang bukan negara modern, fatsoen semacam itu tidak berlaku. Para pejabat publik tetap asyik menempati posisi di partai politik. Para menteri tetap menjadi ketua partai. Bahkan Presiden Yudhoyono merasa sangat nyaman menjadi Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.
Baca Juga:
Kita baru menyadari bahwa kombinasi jabatan di pemerintahan dan parpol, seperti yang terjadi pada Yudhoyono, benar-benar menimbulkan kerancuan, dan mengganggu sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebab ketika Senin (11/7) malam Yudhoyono menggelar konperensi pers di rumahnya di Cikeas, gara-gara ada perang SMS dan BBM (BlackBerry Messanger) di internal (petinggi) Partai Demokrat, tidak jelas apakah sebagai ayahnya Ibas, sekjen partai yang menurut BBM dari Nazaruddin juga menerima uang sebagaimana petinggi partai lainnya, atau sebagai pimpinan partai yang kadernya banyak terlibat skandal korupsi, atau sebagai Presiden RI?
Kalau memakai logika "Yudhoyono jatuh di kamar mandi", apalagi konperensi pers itu disiapkan oleh teknisi Istana, wartawannya diundang Biro Pers Istana, pengamanan lokasi dijaga Paspampres, tak salah bila masyarakat menganggap yang bicara dengan mata berkaca-kaca gara-gara BBM Nazaruddin yang mengungkap aib Partai Demokrat itu, adalah Yudhoyono sebagai Presiden RI.