Biofuel jadi Salah Satu Kunci dalam Dukung Transisi Energi Indonesia

Biofuel jadi Salah Satu Kunci dalam Dukung Transisi Energi Indonesia
Wakil Ketua MPR RI dan Anggota Komisi XII DPR RI, Eddy Soeparno menjelaskan Indonesia potensi biofuel Indonesia pada sesi panel Driving The Renewable Revolution : Unleashing Indinesia Renewable Energy Ambition di Paviliun Indonesia pada acara Conference of the Parties (COP) ke-29 di Baku Olympic Stadium, Azerbaijan. Rabu (13/11/2024). Foto: Pertamina

Selain meningkatkan kapasitas pembangkit EBT juga mengembangkan Biofuel.

"Kami memiliki banyak program, namun ini didasarkan pada apa yang kami sebut sebagai strategi pertumbuhan ganda. Karena kita masih memerlukan bahan bakar fosil, namun lebih bersih, dan pada saat yang sama kita harus mulai beralih ke bisnis rendah karbon," kata John Anis.

Dia menjelaskan PNRE telah memiliki peta jalan pengembangan bioetanol hingga tahun 2031 untuk mendukung dekarbonisasi di sektor transportasi.

Hingga 2034 mendatang, John menjelaskan proyeksi demand atas biofuel bisa mencapai 51 juta liter.

Saat ini Pertamina NRE bekerjasama dengan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) berencana membangun pabrik bioetanol di Banyuwangi dengan kapasitas produksi 30 ribu kiloliter (KL) per tahun.

"Untuk bioetanol, kita memiliki ambisi meningkatkan kapasitas produksi, salah satunya dengan reaktivasi pabrik di Banyuwangi, Glenmore, dengan mengambil molase sebagai bahan baku bioetanol tanpa mengganggu produksi gula," kata John.

Pertamina NRE saat ini telah menjadi pemain utama perdagangan kredit karbon di Indonesia dengan menguasai pangsa pasar 93 persen.

Kredit karbon Pertamina NRE bersumber tidak saja dari pembangkit listrik energi rendah karbon tapi juga bersumber dari nature based solutions (NBS).

PT Pertamina (Persero) menjadikan biofuel atau bahan bakar berbasis tanaman sebagai salah satu kunci strategis dalam mendukung transisi energi Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News