Bir Pletok Miras Halal

Bir Pletok Miras Halal
Bir Pletok Miras Halal

Saat ini, apa sih makanan yang tidak berkolesterol tinggi? Itulah pencabut nyawa paling menakutkan! Serangan antirokok dan antinikotin juga tidak kalah gencar. Mereka memaparkan data-data riset medis, ada 4.000 bahan kimia, dan 400 jenis racun di asap rokok. Ada jenis acetone (penghapus cat), methanol (bahan bakar roket), carbon monoxide (gas dari knalpot), vinyl chloride (bahan plastic PVC), hydrogen cyanide (racun untuk hukuman mati), arsenic (racun pembunuh aktivis Munir), ammonia (pembersih lantai), DDT (racun tikus), dan masih banyak lagi.

Masih kurang gawat? Selain itu, healty warning, berupa peringatan pemerintah juga sudah tegas dan meyakinkan. Bahkan, pesan itu juga ditulis di semua produk rokok di seluruh dunia. Bahwa, merokok menyebabkan serangan jantung, kanker, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Hanya orang nekat, ngawur dan berani mati saja yang mau menabrak peringatan yang sudah terbaca di bungkus rokok dan semua media iklan rokok.

Kelompok pro rokok pun tidak mau kalah. Mereka mencurigai, ini hanyalah perang bisnis, yang menggunakan bungkus isu kesehatan. Industri rokok sudah menyumbang cukai sebesar Rp 57 triliun per tahun. Menampung ratusan ribu tenaga kerja. Mencetak juara-juara bulutangkis dunia. Jangan-jangan, ada perusahaan farmasi yang menjadi ’’penumpang gelap?’’ Ah, minuman keras dan rokok rupanya saudara kembar.

Menjadi biang pro dan kontra yang tak berujung. Catatan saya, di setiap pro dan kontra, selalu tersembunyi magnit yang berharga mahal. Magnit itu bernama ’’business value’’. Itulah energi yang membuat api perdebatan itu tak pernah padam. Begitu pun soal minuman keras, pasti menyimpan ”business value” yang signifikan. ”’Kalau gitu mari kita sambil minum bir pletok! Bir khas orang Betawi!’’ itu sergah salah seorang redaktur foto, memecah keributan soal pro dan kontra itu.

’’Haram! Sebaiknya jangan! Nanti editingnya sambil teler, pembaca ikut mabuk!’’ canda redaktur lain. ’’Ooo… tidak. Bir yang satu ini tidak beralkohol, menyehatkan, terbuat dari rempah, jahe, daun pandan wangi, serai, dan kayu secang berwarna merah. Karena itu, warna bir pletok itu merah! Tapi kalau minum 10 liter sekaligus ya bukan hanya mabuk, tapi bisa pindah alamat ke Tanah Kusir!’’ balasnya. Semalam, 5 botol bir pletok merek Ondel-Ondel itu ada di lantai 10 Graha Pena Jakarta, kantor kami.

Dibeli dari kawasan Petamburan, Jakarta Pusat. Ada tulisannya ’’halal non alkohol’’ dan tercatat di Depkes RI No 013.01/09.01/2001, karena itu aman dikonsumsi. Saya coba, dan kawan-kawan lain juga mimun ramuan khas Betawi itu. Segar, hangat, manis. Mengapa dinamakan bir pletok? Bir itu kan kesannya beralkohol 5 persen? Konon, dulu dijual di malam hari, dan setiap melayani pembeli botolnya dikocok-kocok dulu, sehingga saat dibuka berbunyi ’’pletok.’’

Sebenarnya asyik juga mengkonsumsi bir pletok setiap hari, dijamin memperlancar peredaran darah, meredakan nyeri lambung, memulihkan radang sendi, merangsang keluarnya gas dari perut sehingga mampu mengobati masuk angin. Status dan fungsinya sama dengan Wedang Ansle (Surabaya), Wedang Ronde (Jawa Tengah), Bajigur (Solo), Bandrek (Bandung).

Aha, rupanya bir pletok mampu menjadi ’’pemadam kebakaran’’ pro-kontra, karena semua jadi sepakat, bahwa minuman ini menyegarkan! Ayo, minum bir pletok, tidak haram, tidak dilarang! (*)

MENDAGRI Gamawan Fauzi merasa ditampar fitnah. Dia tidak berkompeten mencabut sembilan peraturan daerah (perda) larangan minuman keras (miras). Dia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News