Birokrasi Rusak karena Pilkada
Kamis, 01 September 2011 – 12:21 WIB
Terakhir, penggunaan APBD oleh calon incumbent saat pilkada. Politisasi alokasi APBD tidak terhindarkan. Implikasi paling berat adalah mengakibatkan alokasi APBD yang kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerah.
Hambatan berikutnya menyangkut eksistensi provinsi. Satu hal yang dipersoalkan dari pemerintah provinsi adalah posisinya yang kurang jelas. Informan mempersoalkan kejelasan posisi gubernur sebagai wakil pemerintah atau kepala daerah otonom.
Kemudian, keluhan lainnya berhubungan dengan biaya penyelenggaraan pilkada provinsi yang mahal. Pesta demokrasi yang bisa menyedot biaya ratusan miliar itu dinilai sebuah langkah pemborosan.
Selanjutnya, keterbatasan kualitas sumber daya manusia (PNS daerah). Rendahnya kapasitas dan kompetensi PNS daerah menimbulkan persoalan tersendiri dalam pelaksanaan otonomi daerah. Daerah menilai urusan pemerintah yang didelegasikan kepada daerah tidak dapat diikuti oleh kompetensi SDM yang menjalankan kebijakan tersebut.
TEMUAN menarik lain yang berhasil diungkap JPIP terkait dengan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung. Perhelatan demokrasi langsung
BERITA TERKAIT
- Jokowi Sebut Lebih 80 Paslon Minta Dukungan untuk Memenangkan Pilkada
- Kompak Dukung Agustiar-Edy, Warga Murung Raya Siap Membawa Kemenangan
- Jokowi dan Prabowo Dukung Paslon Pilwakot Kupang Christian Widodo dan Serena
- Pj Gubernur Apresiasi Deklarasi Pilkada Damai oleh Keluarga Besar Pujakesuma Sumut
- Poltracking Ungkap Sejumlah Kejanggalan oleh Dewan Etik Persepi
- Kaesang Minta Kader dan Legislator PSI Bekerja Lebih Keras demi Kemenangan di Kupang