Bisa Saja Saya Mundur Sebelum Kongres
Jumat, 25 Februari 2011 – 11:08 WIB
WATAMPONE -- Aksi unjuk rasa yang menuntut Nurdin Halid mundur dari Ketua Umum PSSI terus meluas. Hampir seluruh daerah di Indonesia menggelar aksi serupa. Namun hal itu ditanggapi dingin oleh Nurdin. Nurdin yang berada di rumah kediaman orang tuanya, di Jalan Sambaloge Baru, Watampone Kamis (24/2) awalnya enggan berkomentar tentang desakan tersebut. Dia hanya menunjuk adik kandungnya, Rahman Halid untuk melayani pertanyaan wartawan. Nurdin juga sangat menyesalkan sikap Menpora, Andi Alfian Mallarangeng yang dianggapnya sangat arogan. Menurut dia, sebagai pemerintah, Alfian harusnya bersikap netral dan bertindak sebagai negarawan. "Dia itu tidak paham aturan bola," ucapnya.
Namun lama kelamaan, Nurdin akhirnya angkat bicara. Menurut Nurdin, aksi yang dilakukan para pecinta bola di tanah air yang mendesak dirinya mundur itu salah alamat. Dia mengatakan harusnya yang didemo adalah orang-orang yang mencalonkan dirinya. "Saya ini cuma dicalonkan. Belum tentu juga saya menjadi calon. Bisa saja saya mundur dari pencalonan sebelum kongres," katanya.
Baca Juga:
Nurdin yang datang ke kampung halamannya untuk menghadiri peringatan maulid nabi besar Muhammad SAW yang dilaksanakan keluarganya serta memperingati empat tahun kematian orang tuanya itu menganggap jika orang yang berdemo itu merupakan suruhan orang-orang yang kecewa terhadap dirinya. "Orang-orang itu telah dibayar. Kami tahu siapa yang menggerakkan mereka," ungkap Nurdin.
Baca Juga:
WATAMPONE -- Aksi unjuk rasa yang menuntut Nurdin Halid mundur dari Ketua Umum PSSI terus meluas. Hampir seluruh daerah di Indonesia menggelar aksi
BERITA TERKAIT
- Daftar Harga Tiket Indonesia Masters 2025, Mulai Rp 90 Ribu
- Michelle Elizabeth Surjaputra Resmi Pimpin FTI DKI Jakarta 2024-2028
- Piala AFF 2024, Timnas Indonesia tidak Berkandang di SUGBK
- Menpora Dito Lepas Peserta SSEAYP ke-48, Ini Pesan yang Disampaikan!
- Ini Sektor Andalan PBSI untuk Meraih Juara Indonesia Masters 2025
- UFC Fight Night Segera Digelar di Indonesia