Bisikan Partner

Oleh: Dahlan Iskan

Bisikan Partner
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Maka Tiongkok sampai sekarang tidak mau mengecam perang itu. Sikap Tiongkok resminya netral, tetapi Barat menilainya pura-pura.

Bahkan, ada anggapan jangan-jangan Jinping ke Rusia melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Putin di Beijing: berbisik bahwa dua bulan lagi akan menyerang Taiwan.

Rasanya itu tidak mungkin. Merayu Putin untuk mengakhiri perang lebih masuk akal. Tiongkok ingin menunjukkan, sekali lagi, bahwa dialog akan lebih menyelesaikan masalah daripada saling ancam.

Kalau saja misi Jinping seperti itu, dan berhasil, maka Tiongkok benar-benar telah menjadi pemimpin dunia yang baru. Dengan senjata dialognya. Bukan senjata perangnya.

Berhenti perang, itulah yang diharapkan dunia. Kalau tidak, maka dua tahun lagi pun perang masih akan terus berlangsung. Rusia tidak mau kalah.

Amerika juga tidak mau kalah. Tetapi keduanya juga tidak mau perang habis-habisan. Agar cepat selesai: siapa pun yang menang.

Rasanya tidak akan ada perang besar-besaran. Itu akan berkembang tidak terkendali. Masing-masing punya senjata nuklir.

Maka perang ini akan terus berlangsung secara begitu-begitu saja. Kecil-kecilan. Sampai ada juru damai yang bisa menghentikannya.

Langkah Presiden Tiongkok Xi Jinping ini begitu sensitif. Dia ke Rusia di tengah perang Rusia-Ukraina. Juga 3 hari setelah Putin dinyatakan penjahat perang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News