Bisnis Ketat, Laba Bank Tetap Melesat
jpnn.com - JAKARTA - Di tengah pengetatan penyaluran kredit oleh otoritas moneter, perbankan di tanah air masih mampu membukukan kinerja cemerlang pada awal tahun. Hal ini terlihat dari keuntungan beberapa bank besar Indonesia yang naik cukup signifikan.
Misalnya PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang membukukan laba bersih sebesar Rp 3,7 triliun pada kuartal pertama tahun ini, atau meningkat 26,7 persen dari periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) sebesar Rp 2,9 triliun. Kenaikan laba yang tinggi tersebut didorong oleh pendapatan operasional perseroan yang tumbuh 27,3 persen yoy menjadi Rp 9,7 triliun.
Tidak pelak, marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) meningkat 60 basis poin (bps) menjadi 6,5 persen pada akhir Maret 2014, dari 5,9 persen Maret 2013. Capaian NIM tinggi tersebut berada di tengah perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit sesuai dengan arahan Bank Indonesia (BI).
Pada kuartal pertama tahun ini, portofolio kredit BCA mencapai Rp 317,2 triliun, meningkat 19,7 persen yoy.
"NIM dari tahun lalu bergerak agak naik. Karena ada peningkatan suku bunga dan penambahan volume kredit yang cukup pesat. Lalu ada pula realisasi kredit pada Desember 2013 yang berdampak ke 2014. Sehingga NIM kami bergerak naik," ungkap Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja.
Selain itu, Jahja mengungkapkan, pihaknya optimistis terhadap industri perbankan, kendati perekonomian akan melambat dalam jangka pendek. "Kondisi likuiditas memang semakin ketat, namun portofolio kredit terus tumbuh. Sehingga ini mengindikasikan keyakinan pelaku bisnis masih tinggi," ujarnya.
Di satu sisi, PT OCBC NISP Tbk mencatat peningkatan penyaluran kredit sebesar 18 persen yoy. Yakni dari Rp 53,7 triliun menjadi Rp 63,6 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Laba bersih perseroan akhir Maret pun melonjak 38 persen di posisi Rp 341 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 247 miliar.
Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, penyaluran kredit awal tahun ini tetap dilakukan dengan hati-hati. Tingkat rasio kredit bermasalah perseroan (non performing loan/NPL) pun terjaga di 0,8 persen. "Kami harap kondisi ekonomi tanah air semakin membaik. Untuk memaju laju bisnis kami," paparnya.