Bisnis Malam Manado yang Ikut Mendulang Dolar dari WOC-CTI
Jemput Bola , Tolak Rupiah, dan Enggan Tamu Afrika
Senin, 18 Mei 2009 – 06:23 WIB
Ya, para gadis-gadis muda itu ternyata bukan warga Manado biasa yang memang gila kongko dan jalan-jalan malam. Tapi, mereka adalah para wanita penjaja seks komersial (PSK) yang khas dinamai noni tambio alias tampang biongok. Bedanya, kali ini mereka tidak lagi berpraktik secara sembunyi-sembunyi di sekitar kawasan Boulevard. Tapi, mereka berani melakukan ekspansi ke sekitar lokasi WOC untuk memudahkan ''bisnis''. Hal itu lebih mudah, mengingat banyak tamu negara yang juga tinggal di kompleks hotel di sekitar gedung pertemuan tersebut.
Jawa Pos yang berusaha mendekat dan menanyakan jasa mereka tak dihiraukan. Setelah sedikit memaksa, akhirnya pria yang bernama Wawo (nama samaran, Red) itu kemudian menghampiri Jawa Pos. Dia menjelaskan bahwa mereka saat ini tidak tertarik bayaran rupiah. ''Kalau ngana bawa dolar dorang beri, kalo tak ada ya so pigi lah (Kalau Anda tidak bawa uang dolar, lebih baik pergi saja, Red),'' ujarnya sambil mengisyaratkan tangan.
Dengan wajah yang meremehkan, pria itu kemudian mengatakan bahwa tarif noni-noni yang dibawanya itu kini naik berlipat-lipat. Jika biasanya Rp 150 ribu hingga Rp 1 juta, kali ini tarif mereka rata-rata USD 300 (sekitar Rp 3 juta) sekali booking.
Ketika Jawa Pos berusaha mengorek keterangan, wanita di dalam mobil segera angkat bicara dengan bahasa Manado bernada tinggi. Menyadari gelagat buruk itu, Jawa Pos segera meninggalkan lokasi tersebut dan memilih mengamati dari seberang jalan.
Menjadi tuan rumah dua acara internasional World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI) sekaligus membuat Kota Manado supersibuk.
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408