Bisnis Sarang Walet Masih Lesu

Harga Rp 8 Juta per Kilogram

Bisnis Sarang Walet Masih Lesu
Bisnis Sarang Walet Masih Lesu
Menurut Ketua HP2WS, berdasarkan infomasi yang mereka terima, para tengkulak (pengepul) membeli sarang kabarnya hanya untuk menutupi kekurangan stok dalam negeri. Artinya mereka belum sepenuhnya mengambil sarang yang akan diproduksi sebagai komoditas ekspor. "Situasi perniagaan sarang walet sekarang ini masih simpang siur. Belum ada keterangan resmi dari pasar global, khususnya dari sentra importir terbesar yakni Cina," tukasnya.

Sementara berdasarkan informasi pengusaha RBW, anjloknya nilai jual pangsa pasar sarang walet asal Indonesia lantaran ada indikasi sabotase dari para penangkar SWR asal Malaysia, karena merasa kalah saing hasil produksi. Isu yang beredar disebutkan kalau sarang walet asal Indonesia telah terkontaminasi serta kualitas tercemar akibat maraknya zat pemutih pada sarang produksi usai melalui pencucian tidaklah benar.

 

Informasinya, sarang asal Indonesia yang sempat mampir di pasar Malaysia sesumbarnya telah diselipkan (disusupi) sarang asal Malaysia yang kualitasnya jelek (banyak zat pemutih). Ketika sarang tersebut tiba di Cina, setelah melalui proses sortir dan disebutkan kualitasnya jelek, lalu para eksportir luar (selain Indonesia) menyebutkan kalau sarang itu berasal dari Indonesia, sehingga pencitraan perdagangan liur walet di pangsa importir dunia, penilaian sarang asal Indonesia merosot tajam.

Maka dari itu, merasa khawatir para importir Cina sekarang ini kabarnya mengurangi pembelian sarang jadi yang sudah melalui proses pembersihan (kemasan), namun mereka memburu sarang murni dari para penangkar di beberapa sentra pembudidayaan. (fm)

SAMPIT - Anjloknya harga sarang walet rumahan (SWR) masih dirasakan beberapa pembudidaya burung walet, khususnya di sentra penangkaran Kecamatan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News