Bisnis yang Terdampak Penutupan Internasional dii Australia Berharap Bantuan Negara

Bisnis yang Terdampak Penutupan Internasional dii Australia Berharap Bantuan Negara
Kantor agen perjalanan Jenny Yang sudah kosong tanpa kegiatan selama beberapa bulan.  (ABC News: Samuel Yang)

"Saya sekarang saya mendapat surat dari klien saya hampir tiap minggu, kalau tidak setiap hari, yang isinya berpamitan," katanya.

"Selama setahun terakhir sudah menjadi masa-masa sulit bagi para mahasiswa internasional yang berada di Australia.

"Mereka harus belajar online, berjuang untuk mendapatkan pekerjaan paruh waktu dan hampir tidak ada bantuan keuangan sama sekali.

"Kebanyakan dari mereka tidak merasa dihargai. Mereka mengatakan kepada saya merasa seperti menjadi sapi perahan."

Kirk Yan mengatakan pengetatan kebijakan imigrasi bagi migran trampil juga menjadi faktor lainnya.

Dalam anggaran tahun lalu, kuota migrasi trampil  (skilled migration) diturunkan sebanyak 20 persen, dari 100.682 di tahun keuangan 2019-2020 menjadi 79.600 di tahun 2020-2021, sementara kuota migrasi keluarga dinaikkan.

"Dalam beberapa kategori seperti 'imigrasi trampil independen' (skilled independent) dan kategori 'sponsor negara bagian' jumlahnya turun sebanyak 50 persen selama tahun lalu, bahkan 'visa sponsor perusahaan' juga dikurangi sebanyak 25 persen.

"Banyak orang yang sudah bertahun-tahun tinggal di sini, memiliki pekerjaan, bisa berbahasa Inggris dengan baik namun tetap tidak bisa mendapatkan visa permanen, karena kebijakan imigrasi yang ketat."

Lebih setahun setelah pandemi, bisnis di Australia yang semula menggantungkan diri pada wisatawan dan mahasiswa internasional masih berjuang tanpa ada kejelasan kapan akan membaik

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News