Bjorka

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Bjorka
Peretas yang mengatasnamakan diri sebagai Bjorka mengeklaim telah membobol keamanan siber milik Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ilustrasi Foto: Antara

Tidak jelas apa maksud Mahfud MD dengan data yang tidak penting. 

Mungkin Mahfud menganggap bahwa data kecil itu tidak penting. 

Atau mungkin Mahfud menganggap bobolnya data jutaan pelanggan Indihome dan PLN itu tidak penting. 

Kalau Mahfud menganggap data itu tidak penting, tentu hal itu makin melukai hati rakyat, karena Mahfud menganggap data rakyat tidak penting.

Mungkin Mahfud harus diingatkan mengenai skandal Cambridge Analytica yang membobol data jutaan pengguna Facebook di Amerika dan jutaan lainnya di Inggris. 

Data yang bobol itu kemudian dimanfaatkan oleh konsultan politik untuk diperjualbelikan kepada klien yang akhirnya menjadi skandal politik yang mempermalukan Amerika dan Inggris.

Data yang bobol itu diperkirakan jatuh ke tangan kubu politik Donald Trump yang kemudian memanfaatkannya menjadi senjata kampanye komputasional untuk menyerang dan menjatuhkan lawan politik. 

Sudah jamak diketahui bahwa kemenangan Trump atas Hillary Clinton dalam Pemilihan Presiden 2015 dipengaruhi oleh kampanye negatif komputasional Trump terhadap Hillary.

Berbagai data diretas oleh Bjorka, termasuk data level dewa milik Presiden Jokowi dan milik beberapa menteri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News