BKKBN Ungkap 3 Penyebab Tingginya Angka Prevalensi Stunting
Oleh karena itu, persoalan stunting harus diatasi secara serius mengingat sekitar 2-3 persen dari Pendapatan Domestik Bruto atau PDB 'hilang' per tahunnya akibat stunting.
Hal ini disebabkan stunting juga berisiko menurunkan kualitas sumber daya manusia suatu negara.
Hasto menjelaskan sangat diperlukan mengubah perilaku dan mindset masyarakat mengenai pencegahan stunting, khususnya keluarga muda yang akan program hamil.
Banyak masyarakat yang masih mengesampingkan perilaku pencegahan stunting, seperti tidak melakukan prakonsepsi atau perawatan sebelum terjadi kehamilan.
“Ini soal perilaku dan mindset. Misalkan dia punya makanan tapi memberi makanannya tidak bagus, hanya dikasih mie, padahal punya ikan, punya telur. Dan mereka yang kesadaran imunisasinya rendah padahal imunisasi dasar itu gratis di puskesmas. (Perilaku) Ini (semua) berisiko stunting,” papar Hasto.
Untuk mengatasi permasalahan stunting, BKKBN sebagai Ketua Tim Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting Nasional melakukan berbagai upaya.
BKKBN merencanakan program konvergensi yang memungkinkan sinergisitas antar kementerian dan lembaga terkait.
Upaya ini merupakan langkah nyata mewujudkan program pemerintah yang menargetkan angka stunting turun menjadi 14% pada 2024.(chi/jpnn)
Untuk mengatasi permasalahan stunting, BKKBN sebagai Ketua Tim Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting Nasional melakukan berbagai upaya.
Redaktur & Reporter : Yessy
- KOPRI Dorong Adanya Ruang Aman untuk Perempuan dan Anak di Tempat-Tempat Ini
- Ancaman TBC Melonjak, Pencegahan dan Pengobatan Harus Jadi Fokus
- Kapan Seorang Anak Mulai Memiliki Cita-Cita?
- Hari Kesehatan Nasional, Srikandi Movement PLN Tingkatkan Kepedulian Kesehatan Ibu & Anak
- PKN Membantu Pemerintah untuk Mengentaskan Masalah Stunting
- Penderita Diabetes Wajib Tahu Alternatif Diet Sehat dari Jagung dan Singkong