BMAD Ubin Keramik Picu Retaliasi, Indonesia Berpotensi Kehilangan Surplus Perdagangan Rp 129 T dari China
Rabu, 14 Agustus 2024 – 19:39 WIB
Piter mengatakan untuk penerapan BMAD sebaiknya ditinjau ulang, hasil penyelidikan KADI dibuka ke publik untuk kemudian dilakukan kajian lebih mendalam.
“Saya bilang harus ada kajian, ini kan periset yang sering melakukan kajian, kajian itu kan harus di-challenge harus ada yang menanggapi dulu, jangan satu pihak. Apakah kebijakan itu sudah mengalami silakan sesuatu yang benar-benar pas maksudnya itu sudah pasti benar,” katanya.
“Nah, ini harus di-challenge ini saya kira dialog dengan hasil kajian itu diperlukan sekali, kan kita lembaga riset banyak. Jadi, saya kira itu yang harus dilakukan jangan sampai kita terlalu terburu-buru pada akhirnya merugikan kita semua,” ujar Pieter.(fri/jpnn)
Pengamat ekonomi sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah menyoroti dampak pengenaan BMAD terhadap keramik China.
Redaktur & Reporter : Friederich Batari
BERITA TERKAIT
- Bea Cukai Tanjung Perak Terima Kunjungan NBSO, Berharap Buka Peluang Investasi Baru
- Ini Upaya Bea Cukai Mendorong Perluasan Penyebaran Produk Lokal di Pasar Mancanegara
- Profil Faisal Basri, Ekonom Vokal Pernah Jadi Sekjen PAN, Pengorek Kasus Petral
- Wamendag: Kemenperin Mendukung Kemendag Atasi Permasalahan Impor
- Menko Airlangga Lakukan Pertemuan dengan Menaker Singapura, Ternyata Ini yang Dibahas
- Bea Cukai dan Australian Border Force Gelar C to C Talk 2024, Bahas Hal Penting Ini