BNP2TKI Gagal Terjemahkan Komitmen SBY
Rabu, 22 Juni 2011 – 07:34 WIB
Saan mengaku sudah mengonfirmasi masalah Ruyati ini kepada pihak keluarganya langsung. Berdasarkan penjelasan pihak keluarga, kasusnya sudah terjadi sejak tahun 2010 lalu. Mereka sudah beberapa kali mendatangi BNP2TKI dan Departemen Luar Negeri untuk meminta bantuan hukum untuk Ruyati.
Bukannya memberi bantuan riil, pihak BNP2TKI justru hanya memberi pernyataan standar bahwa kasusnya sedang berproses dan diusahakan. Proses seperti itu berulang terus hingga eksekusi terhadap Ruyati dilaksanakan. "Jadi ini murni kelalaian BNP2TKI. Laporan tidak ditanggapi dengan respons yang serius," tegas Saan.
Dia melanjutkan Fraksi Demokrat menilai BNP2TKI cenderung hanya serius dan sensitif melaksanakan tugasnya apabila kasus sudah besar dan mendapat perhatian publik. "Kalau tidak seperti itu, mereka tak pernah serius," ungkapnya.
Anggota DPR dari Fraksi Demokrat Ramadhan Pohan mengkritik sejumlah pihak, khususnya partai politik, yang cenderung mempolitisasi kasus Ruyati untuk memojokkan pemerintah. Padahal apabila dilihat secara objektif, kesalahan bukan ada di Presiden SBY sebagai pembuat kebijakan, namun di aparat negara yang tak bisa menerjemahkan kebijakan presiden dengan benar. “Janganlah reaksi terlalu berlebihan dan memojokkan pemerintah terus, kita harus melihat permasalahan secara obyektif,” kata Ramadhan.
JAKARTA - Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) diminta bertanggungjawab atas terjadinya kasus hukum pancung
BERITA TERKAIT
- Ridwan Kamil Janji Beri Bantuan Renovasi Rumah Rp 50 Juta hingga Rp 100 Juta
- Ikut Kirab Berkuda, Sudaryono hingga Raffi Ahmad Ajak Jateng Menangkan Luthfi-Yasin
- Ridwan Kamil Sindir Pramono di Panggung Debat, Bawa-bawa Anies dan PDIP
- Kaesang Kampanyekan Pasangan Agustiar Sabran-Edy Pratowo di Kalimantan Tengah
- Debat Sengit soal Pemindahan Balai Kota, Pramono Sindir Ridwan Kamil Soal Imajinasi
- Aktivis Ini Ajak Warga Jangan Tertipu Amplop di Pilkada Sumut, Lalu Singgung Keluarga Jokowi