BNPT: Keterlibatan Perempuan dan Anak dalam Terorisme jadi Tantangan Pemerintahan Baru

BNPT: Keterlibatan Perempuan dan Anak dalam Terorisme jadi Tantangan Pemerintahan Baru
Acara #Bicaraterorisme Tantangan Penanganan Terorisme di Masa Pemerintahan Baru di The Habibie Center, di Jakarta pada Kamis (16/5). Foto: dok BNPT

Deputi 2 BNPT menyebut saat ini lebih dari 60 perempuan dan 20 anak di bawah umur terorisme. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya, terutama di era sebelum ISIS.

"Kelompok teroris ISIS membolehkan perempuan bahkan anak-anak melakukan amaliyah," ungkapnya.

Keterlibatan perempuan dan anak pada aksi terorisme biasanya dilakukan dengan modus sederhana menggunakan peralatan yang mudah dan murah.

"Kasus-kasus teror dengan hanya bermodalkan pisau atau korek api," katanya.

Posisi perempuan dan anak dalam keterlibatan terorisme juga menjadi perhatian penting karena seharusnya aksi terorisme justru dapat dicegah dengan hadirnya peran perempuan, terutama ibu yang dapat menjadi garda terdepan penanaman nilai-nilai toleransi dan keharmonisan.

"Kita menemukan anak-anak yang terlibat terorisme telah didoktrin sejak kecil. Terorisme ini gak ujug-ujug terjadi, tapi bertahap dari intoleransi dan radikali. Untuk itu peran ibu, peran keluarga sangat penting dalam mengajarkan nilai-nilai toleransi, pemhaman kebangsaan dan keharmonisan dalam keluarga," ungkapnya.

Selain dua tantangan tersebut terdapat juga empat tantangan lainnya yaitu terkait residivis terorisme, dinamika kekerasan di Papua, penggunaan teknologiteknologi dan pendanaan terorisme. (flo/jpnn)

Posisi perempuan dan anak dalam keterlibatan terorisme juga menjadi perhatian penting BNPT.

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News