Bocah SD Tewas di Mataram Bukan karena Penganiayaan, tetapi...
jpnn.com, MATARAM - Polisi memastikan kematian bocah SD asal Karang Bagu, Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Senin (9/10) sore bukan karena penganiayaan.
Hal itu ditegaskan Kapolresta Mataram Kombes Mustofa setelah pihaknya melakukan penyelidikan.
"Jadi, perlu kami luruskan terkait informasi yang berkembang di media sosial yang menyebutkan bahwa penyebab korban ini meninggal karena dikeroyok di sekolahnya, itu tidak benar," kata Mustofa, Selasa.
Dia menyampaikan hal demikian berdasarkan hasil klarifikasi kepada pihak dokter ahli yang sempat memberikan perawatan medis kepada korban yang meninggal pada usia 7 tahun tersebut.
"Jadi, korban ini meninggal karena ada penyempitan pada batang otak. Tidak ada tanda-tanda kekerasan atau penganiayaan pada tubuh korban," ujarnya.
Selain meminta klarifikasi secara medis, Mustofa menerangkan bahwa pihaknya juga sudah meminta klarifikasi kepada keluarga korban.
"Pihak keluarga sudah mengikhlaskan korban. Orang tua korban juga menepis dan menyesali adanya isu yang menyebutkan anaknya meninggal karena dikeroyok," ucap dia.
Terkait adanya penyebaran informasi yang berbau hoaks (kabar bohong) tersebut, Mustofa menegaskan bahwa pihaknya kini sedang menelusuri pengunggah dan penyebar di media sosial.
Polisi buka suara soal informasi di media sosial bocah SD tewas di Mataram karena penganiayaan.
- Guru Supriyani Tetap Ikut Tes PPPK Meski dapat Afirmasi
- Seorang Ibu Kaget Saat Terbangun, Sang Suami Sedang Mencekik Anaknya
- Peringati Hari Toilet Sedunia, WPC Ajak Ratusan SD di Indonesia Lakukan Hal Ini
- Prahara Rumah Tangga Berujung Petaka, CH Lukai Istri dengan Parang Agar Terlihat Jelek
- Pernyataan Meutya Hafid soal Mata Pelajaran Coding Masuk Kurikulum SD-SMP, Simak
- Seorang Istri di Blitar Dibacok Suami Pakai Parang, Jari Tengah Putus, Ini Motifnya