Boediono 'Imam Besar' Neo Liberal
Rabu, 27 Mei 2009 – 20:12 WIB
Pintarnya Pak Harto, lanjut Fuad Bawazir, meski neolib diberi ruang gerak namun di saat yang bersamaan pemimpin orde baru itu jugha menggenjot Menteri Koperasi dan instansi terkait untuk secara langsung menyelenggarakan program ekonomi petani. "Begitu Pak Harto wafat, neolib jalan sendiri dan tak terbendung," ulasnya.
Baca Juga:
Fuad mengingatkan, siapa pun presidennya kalau mashab neolib dibiarkan merajalela maka bangsa ini pasti makin miskin. "Jadi jika ditanya apanya yang salah, ya, itu tadi, kenapa memilih cawapres yang jelas-jelas super Ayatullah Neolib, yang hanya urusi pengusaha besar saja."
Tim sukses JK-Wiranto itu juga menyesalkan perbuatan pemerintahan SBY yang secara diam-diam telah menambah utang luar negeri sebanyak Rp400 triliun. "Jangankan mengurangi utang lama, SBY malah nambah utang dan jumlahnya tidak rasional, yakni Rp400 triliun. Ada satu yang mestinya dipahami SBY, utang sangat berpengaruh terhadap berbagai kebijakan dalam negeri. Kalau utang diperkecil, maka ini mengancam eksistensi neolib," imbuh Fuad Bawazir. (fas/JPNN)
JAKARTA - Boediono yang menjadi cawapres SBY benar-benar menjadi sasaran tembak empuk. Tak henti-hentinya, isu neo-liberal (Neolib) terus disuarakan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Elektabilitas Pramono Anung Pernah Tidak Diperhitungkan, Kini Berubah Moncer
- Citra Mus Optimistis Wujudkan Era Baru Taliabu Emas
- Edi Langkara Berkomitmen Tuntaskan Permasalahan di Halteng
- Kunjungi Jokowi di Solo, Zulhas Minta Perlindungan Politik?
- Kaesang Yakin 70 Persen Pemilih Sragen Pilih Sigit-Suroto
- Ketua DPRD Kota Sibolga: Saya Berkomitmen Menjalankan Tanggung Jawab Secara Profesionalisme