Boleh Meniru asal Produksi Dilakukan di Koeln
jpnn.com - Dulu emas, perak, dan sutra menjadi pelengkap penampilan untuk menunjukkan status sosial seseorang. Namun, beberapa tahun setelah Johann Maria Farina menciptakan Eau de Cologne, parfum menjadi item baru sebagai patokan apakah seseorang layak disebut kaya atau belum.
’’Aroma Eau de Cologne sangat khas, segar. Orang dengan mudah mengenalinya. Karena harganya yang sangat mahal, otomatis status penggunanya ikut terangkat,’’ jelas Tim Fleischer, generasi kedelapan Farina, yang kini bertugas mengurus museum Farina-Haus pada Minggu (28/9).
Menurut dia, harga Eau de Cologne terbilang sangat mahal karena bahan yang digunakan adalah bahan-bahan alami yang tidak sembarangan. Fleischer menjelaskan, untuk menghasilkan 1 kg ekstrak wewangian melati, dibutuhkan 700 kg kuntum bunga melati. Untuk 1 kg ekstrak lavender, dibutuhkan 70 kg bunga lavender. Lalu, untuk mendapatkan ekstrak citrus, dibutuhkan 200 kg bunga citrus. ’’Semua ekstrak didapatkan dari penyulingan yang ketat,’’ jelasnya.
Apa yang dilakukan Farina pada 1709 dalam membuat Eau de Cologne, menurut Fleischer, terus dilakukan sampai saat ini. Artinya, resep dan metode yang digunakan untuk memproduksi saat ini sama dengan 305 tahun silam.
Meski memproduksi dan menjual Eau de Cologne sejak 1709, perusahaan Farina baru didirikan pada 1732. Namanya Farina Gegenueber. Pendirinya saudara laki-laki Farina, Giovanni Battista. Perusahaan tersebut harus didirikan karena ketika itu permintaan Eau de Cologne sangat banyak. Rumah Farina di Jalan Obenmarspforten No 21 Koeln setiap hari didatangi utusan kerajaan atau orang kaya Eropa ketika itu.
Pemimpin pertama yang menjadi pelanggan setia Farina adalah Frederick William I, raja Prussia (kini Jerman). Dia menggunakan Eau de Cologne sejak 1730. Setelah itu, ketenaran Eau de Cologne dengan mudah merambah ke seluruh Eropa dan benua-benua lain.
Pada 1766, Maria Farina meninggal. Meski demikian, Eau de Cologne tetap ngetop. Orang-orang hebat seperti komponis klasik Wolfgang Amadeus Mozart, Johann Wolfgang von Goethe, Ludwig van Beethoven, sampai Napoleon Bonaparte setiap hari menyiramkan Air dari Koeln itu ke tubuhnya.
Bisnis parfum yang begitu menggiurkan Farina Gegenueber membuat banyak pebisnis lain tertarik menjadi produsen Eau de Cologne. Di antara sekian banyak pengekor, Wilhelm Muehlens menjadi pesaing utama Farina Gegenueber.
Dulu emas, perak, dan sutra menjadi pelengkap penampilan untuk menunjukkan status sosial seseorang. Namun, beberapa tahun setelah Johann Maria Farina
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang