Boleh Tenggak Bir sampai Mabuk, tapi Tak Boleh Berkelahi
200 Tahun Oktoberfest, Festival Rakyat Terbesar di Dunia
Sabtu, 09 Oktober 2010 – 07:58 WIB
Untuk mengenang para korban, di pojok arena festival kemudian didirikan monumen peringatan. Setiap festival dilangsungkan, monumen itu dipenuhi rangkaian bunga dukacita sebagai ungkapan belasungkawa terhadap para korban Oktoberfest 1980. Di monumen itu juga dipajang nama-nama korban festival beserta umurnya saat tewas. "Tahun lalu, ada satu korban tewas. Dia sudah terlalu mabuk sehingga tertabrak kereta saat melintasi rel," ujar Thomas.
Bukan hanya petugas palang merah yang dibuat sibuk oleh hajatan besar itu. Petugas keamanan juga harus bekerja keras mengamankan situasi. Walau sudah dipajang tata tertib mengikuti festival, tetap banyak peserta yang melanggar. "Biasanya, mereka sudah terlalu mabuk dan membuat ulah," ungkap Stevan Liebs, petugas pengamanan di tenda Hofbrau.
Pelanggaran-pelanggaran itu, antara lain, buang air kecil di bawah meja, beradu otot dengan pengunjung lain, dan berbagai tingkah aneh lainnya. Walau rawan perkelahian, festival tersebut tetap dianggap aman. Sebab, ada denda besar bagi mereka yang berkelahi di arena festival. "Dendanya 500 euro (Rp 6 juta, dengan asumsi kurs 1 euro = Rp 12.000) bagi mereka yang berkelahi," ujar Liebs.
Tak kurang dari lima belas tenda raksasa didirikan di lapangan seluas 42 hektare itu. Namun, jangan harap bisa duduk di dalam salah satu tenda tanpa memesan tempat lebih dulu. "Tenda kami selalu full booked mulai hari pertama hingga hari terakhir," tegas Liebs.
Tahun ini genap kali ke-200 Oktoberfest digelar. Lebih dari enam juta pengunjung dari berbagai penjuru dunia datang ke Munich untuk merasakan sensasi
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408