Bom Meledak di Astanaanyar, GPII Dorong Sinergitas Penanganan Radikalisme

Salah satu dia ntaranya adalah markas kepolisian. Lokasi tersebut merupakan lokasi yang dianggap strategis untuk menebarkan ketakutan.
Sejarah mencatat, ada sejumlah aksi terorisme di negeri ini yang menjadikan markas kepolisian sebagai objek serangan. Pada Mei 2018 terjadi serangan bom bunuh diri di Markas Polrestabes Surabaya.
Pelaku bom bunuh diri di Astana Anyar, Bandung yakni Agus Sujatno alias Agus Muslim diketahui merupakan mantan napiter.
Pernah dihukum penjara lantaran terlibat aksi bom panci di Cicendo, Agus baru bebas dari Nusakambangan beberapa bulan lalu dalam keadaan “merah”.
Status “merah” ini digunakan untuk mengkategorikan narapidana yang masih berpandangan belum NKRI dan belum mau menjalani proses deradikalisasi.
Apakah ini menandakan bahwa proses deradikaliasi itu gagal? Tentu tidak dan sangat terburu-buru mengatakan bahwa program deradikalisasi yang dilakukan itu gagal.
Ismail menjelaskan bahwa tidak semua mantan Napiter kembali ke jaringan terorisme pasca keluar dari penjara.
Tidak sedikit juga mantan Napiter justru kembali ke masyarakat umum dan menjadi warga yang normal alias tidak lagi terlibat jaringan terorisme kembali.
Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (PP-GPII) mengecam tindakan bom bunuh diri di Kepolisian Sektor Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
- Dulu Usut Teroris, Kini Brigjen Eko Hadi Dipilih jadi Dirtipid Narkoba Bareskrim
- Akademisi: Sebagian WNI di Suriah Layak Mendapat Kesempatan Kedua
- Rapat Kerja dengan BNPT, Sugiat Apresiasi Zero Aksi Teror di 2024
- Paguyuban Ikhwan Mandiri Dukung Program Ketahanan Pangan
- BNPT Bakal Bentuk Satgas Kontra Radikalisasi Untuk Cegah Terorisme
- Amerika Coret Kuba dari Daftar Hitam Negara Pro-Terorisme, Selamat!