Bom Model Teroris, Siapa pun Bisa Bikin
Senin, 03 Agustus 2009 – 07:46 WIB
Salah satu modus yang mungkin, kata dia, adalah memanfaatkan kelemahan sistem pengamanan. Caranya, detonator dipisahkan dari rangkaian bom. Sebab, ukuran detonator selama ini cukup kecil. Jadi, cukup diselipkan pada sarung handphone, sudah cukup aman."Saya sering mengingatkan. Ini membahayakan tempat-tempat seperti hotel dan mal," jelasnya. Untuk mendeteksi lebih detail, sebenarnya bisa memanfaatkan X-ray seperti di bandara. "Tapi, harganya cukup mahal," sambung pria kelahiran Tulungagung, Jatim itu.
Kapasitas Rifai soal bom juga pernah dimanfaatkan polisi saat kasus bom Bali I yang meledak 12 Oktober 2002. Peristiwa yang menewaskan 202 orang dan mencederai 209 yang lain itu kerap disebut sebagai tragedi terparah dalam sejarah terorisme di Indonesia."Saya diminta Kapolri melalui pimpinan untuk melihat bom di sana," jelasnya. Polisi menyebut bom tersebut low explosive, tapi Rifai melihatnya high explosive. Sebab, saat mengamati sisa ledakan, sama sekali tak tersisa residu di tempat kejadian. "Ini bom luar biasa sekali," jelasnya. Bom tersebut juga memiliki efek merusak luar biasa. Bahkan, pohon-pohon di sekitarnya sampai terbakar.
Menurut pengamatannya, bom tersebut memiliki efek dahsyat karena diledakkan di mobil. Sementara mobil yang berbahan bakar bensin juga rentan terhadap ledakan. "Bisa dibayangkan ledakan terjadi di jalan yang banyak mobil bensin," jelasnya. Hingga kini masih terjadi persilangan pendapat soal jenis bom dalam kasus bom Bali I itu. Seorang peneliti Kanada, tambah Rifai, bahkan mengatakan bom Bali I itu adalah mikronuklir.
Selain mengamati aksi bom para teroris, bersama para peneliti lain, Rifai juga aktif berkarya. Tentu saja, karya besarnya tak jauh-jauh dari ilmunya, yakni membuat bom. Salah satunya, dia turut merancang bom latih asap yang kini digunakan TNI untuk berlatih perang. "Efek bom itu hanya menimbulkan asap luar biasa," ujarnya. Bom begitu merupakan campuran ammonium nitrat dengan gliserin.
Sejak peritiwa peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, 17 Juli lalu, Akhmad Rifai kerap dicari wartawan. Bukan karena dia menjadi saksi
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408