Bongkar Korupsi Pupuk, Kejagung Tolong Sasar Pemain Kakap
jpnn.com, JAKARTA - Dugaan korupsi pupuk bersubsidi menyeruak ke ruang publik. Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa mendukung langkah Kejaksaan Agung (Kejagung) mengusut tuntas kecurangan di penyaluran pupuk bersubsidi.
Sebab, kerugian yang ditimbulkan besar, baik dari sisi hulu dan hilir.
"Saya kira bagus (Kejagung mengusut kasus dugaan korupsi pupuk bersubsidi) karena pupuk itu masalah ada disparitas harga. Apa pun itu, mau MinyaKita, beras, pasti ada orang yang bermain kalau terjadi disparitas harga," ungkap Andreas saat dihubungi di Jakarta, Selasa (21/2).
Andreas menilai disparitas harga antara pupuk bersubsidi dengan nonsubsidi sangat signifikan. Dia membeberkan harga pupuk urea subsidi sekitar Rp 2.250 per kilogram, sedangkan harga pupuk urea nonsubsidi Rp 12 ribu.
"Perbedaan Rp 10 ribu, siapa yang enggak tergiur? Dijual Rp 8.000 pasti laris manis, keuntungan sudah sangat besar," katanya.
Ketua Umum Asosasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) itu mengungkapkan dia pernah melakukan kajian atas pupuk subsidi pada 2019 di lini 4 atau area distribusi Pulau Jawa. Hasilnya, terjadi penyelewengan hingga 20 persen.
"Kalau rata-rata subsidi pupuk rata-rata Rp 30 triliun, berarti ada Rp 6 triliun uang yang jadi hak petani lenyap," ucapnya.
Oleh sebab itu, Dwi Andreas mendukung Kejagung mengusut kasus dugaan korupsi pupuk bersubsidi. Namun, diharapkan juga menyasar pemain kakap.
Guru Besar IPB Dwi Andreas Santosa mendukung langkah Kejaksaan Agung (Kejagung) mengusut tuntas kecurangan di penyaluran pupuk bersubsidi
- Suparta Divonis 8 Tahun Penjara dan Ganti Rugi Rp 4,5 Triliun, Pengacara Bilang Begini
- Hakim Sebut Tuntutan ke Harvey Moeis Terlalu Berat, Kejagung Merespons Begini
- Sikap Tegas MUI terhadap Langkah-Langkah Presiden Prabowo
- Dilaporkan Eks Staf Ahli DPD ke KPK, Senator Rafiq Al Amri: Apa-apaan ini?
- Eks Staf Ahli DPD Laporkan Senator ke KPK
- PB SEMMI Demo di Depan KPK, Desak Tangkap Harun Masiku