Bonita Sufiati

Oleh: Dahlan Iskan

Bonita Sufiati
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Dia pelajari semua dokumen sistemnya. Dia lihat semua lokasi alat-alatnya. Dia pelajari cara mengoperasikannya, termasuk di saat terjadi masalah.

Hari kedua dia pelajari seluruh dokumen mengenai siapa saja penghuni perumahan itu. Apa dan siapa mereka. Komplain apa saja yang pernah mereka lakukan. Dia pelajari sangat detail.

Setelah seminggu berlalu Ari dinyatakan berkompeten. Memuaskan. Ditawari kontrak kerja setahun. Setelah itu baru dipertimbangkan apakah bisa menjadi karyawan permanen.

Dalam tiga bulan Ari sudah ditawari untuk diangkat sebagai manajer permanen. Setahun kemudian diserahi juga mengelola gedung apartemen lainnya. Dan lainnya lagi.

Enam tahun sebagai manajer properti Ari ingin meloncat: ke Apple. Kebetulan ada lowongan di Apple. Hanya part time. Sebagai Indonesian QA tester. Untuk memvalidasi apps berbahasa Indonesia.

Ari percaya bahwa orang yang bersungguh-sungguh akan sukses di mana pun ditempatkan. Dia tidak ragu meninggalkan pekerjaan enaknya. Jabatan mapannya. Gaji tingginya.

Dia pamit ke bos pemilik properti itu. Seorang kulit putih. Pengikut Mormon –aliran gereja yang sangat dekat dengan Islam: dilarang makan babi dan boleh poligami.

Dia menerima permintaan mundur Ari. Sebenarnya si bos senang mempekerjakan orang Islam seperti Ari.

Ari Sufiati percaya bahwa orang yang bersungguh-sungguh akan sukses di mana pun ditempatkan. Dia tidak ragu meninggalkan pekerjaan enaknya. Gaji tinggi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News