Bonus Demografi sebagai Potensi Indonesia di ASEAN
Namun prosentase jumlah tenaga kerja Indonesia di sektor jasa dan industri masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia. Jumlah tenaga kerja sektor industri Malaysia telah mencapai 30% dari total tenaga kerjanya meskipun dalam 10 tahun terakhir dari tahun 2002 hingga 2012 mengalami penurunan.
Sama halnya, jumlah tenaga kerja sektor jasa Indonesia masih belum sebesar prosentase tenaga kerja sektor jasa di Malaysia yang mencapai 59% pada tahun 2012, namun dalam hal jumlah, Indonesia lebih besar dibandingkan Malaysia.
Keadaan ini mengindikasikan bahwa sektor industri dan jasa di Malaysia lebih menyerap tenaga kerja dibandingkan di Indonesia. Faktor penyebab kurang terserapnya tenaga kerja Indonesia diantaranya karena pendidikan tenaga kerja Indonesia yang masih rendah sehingga sebagian besar penduduk Indonesia memilih untuk mejadi petani dan buruh kasar. Data BPS menunjukan bahwa 47.9% tenaga kerja Indonesia adalah lulusan SD (beritasatu, 2013).
Selain itu, kurang berkembangnya sektor industri dan jasa disebabkan karena sistim birokrasi yang sulit, high economic cost, dan kelangkaan bahan bakar industri di Indonesia.
Berdasarkan gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi demografi untuk menghadapi ASEAN Economic Community. Jumlah tenaga kerja yang besar yang dimiliki Indonesia dapat menjadi potensi untuk permintaan tenaga kerja di ASEAN sehingga akan menambah devisa negara. Namun, masih banyak kendala seperti rendahnya perekonomian sektor jasa dan industri serta rendahnya pendidikan tenaga kerja Indonesia sehingga sektor jasa dan industri belum maksimal menyerap tenaga kerja.
Keadaan ini menjadi agenda pemerintah Indonesia untuk meningkatkan lapangan pekerjaan di sektor jasa dan industri agar lebih banyak menyerap tenaga kerja. Pemerintah juga perlu menambah balai latihan kerja untuk memberikan pelatihan mengenai ketenagakerjaan, menekan biaya pendidikan agar terjangkau masyarakat, sehingga tercipta tenaga kerja yang berkualitas di masa depan, yang akan turut meningkatkan produktivitas Indonesia untuk mampu bersaing dalam kancah ASEAN Economic Community (AEC) 2015.(***)
Oleh :
Giri Cahyo Hartono
Theresia Helen Kurniati
Immanuel Christian Wahyuputra
Mahasiswa Program Studi Green Economy Riset Mahasiswa di Global Business Strategy Center (Lab) SURYA UNIVERSITY
email: greeneconomy@surya.ac.id
KEPUTUSAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) ke-9 di Bali tahun 2003 menghasilkan sebuah perjanjian
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Usut Tuntas Kasus Penembakan Polisi di Solok Selatan: Menunggu Implementasi Revolusi Mental Polri
- Laut China Selatan, Teledor Atau Terjerat Calo Kekuasaan
- Kelapa Sawit untuk Pembangunan Berkelanjutan
- Kapan Seorang Anak Mulai Memiliki Cita-Cita?
- Problematika Penanganan Perkara Judi Online
- Napoleon Der Bataks: Kisah Perjuangan Tuan Rondahaim Saragih