Booster
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Tindakan darurat yang seharusnya diambil pemerintah adalah menangani penyakit mulut dan kaki (PMK) yang melanda hewan ternak, terutama sapi.
Ketika para peternak sedang bersiap-siap menghadapi booming pasar menjelang Iduladha, ternyata muncul penyakit PMK yang membuat masyarakat waswas untuk mengonsumsi daging sapi.
Pengumuman wajib booster oleh pemerintah ini memunculkan banyak praduga.
Salah satu yang paling santer adalah motif dagang karena stok vaksin yang masih melimpah.
Pabrik-pabrik farmasi global kelebihan stok sehingga butuh alasan untuk mendistribusikannya.
Untuk itu ‘’hantu pandemi’’ tetap dihidupkan.
Ahli ekonomi dari Amerika Serikat, Prof Joseph E. Stiglitz, melihat motif buruk perusahaan farmasi internasional dalam memanfaatkan pandemi untuk kepentingan dagang.
Kasus AIDS yang sampai sekarang tidak bisa ditemukan obatnya merupakan salah satu contoh kasus konkret.
Kalangan yang menyebut keharusan booster, ini merepotkan masyarakat dan akan mengganggu mobilitas yang pada akhirnya memengaruhi recovery ekonomi.
- Usut Kasus Korupsi di Kemenkes, KPK Periksa Dirut PT Bumi Asia Raya
- Kasus Korupsi Proyek APD Covid-19, KPK Jebloskan Pengusaha Ini ke Sel Tahanan
- Korupsi Insentif Nakes RSUD Palabuhanratu, Polda Jabar Tangkap 3 Tersangka Baru
- Korupsi Pengadaan Masker Covid-19 di NTB, Kerugian Negaranya
- Menkes Sebut Virus Mpox atau Cacar Monyet Tidak Mengkhawatirkan seperti Covid-19
- Jilbab IKN