Booster
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Stiglitz tidak percaya bahwa perusahaan farmasi Amerika dan Eropa yang canggih tidak bisa menemukan obat AIDS.
Dia curiga ada konspirasi di balik penyakit ini.
Stiglitz menduga bahwa obat sudah ditemukan, tetapi patennya tetap dikuasai oleh perusahaan farmasi besar.
Selama paten itu tidak dilepas ke publik maka produk obatnya akan berharga sangat mahal dan tidak terjangkau oleh publik.
Itulah yang terjadi dengan obat AIDS. Obat sudah ditemukan tetapi dijual dengan harga sangat mahal yang mustahil dijangkau oleh rakyat Afrika yang mayoritas miskin.
Karena itu, Afrika akan tetap menjadi pusat penularan AIDS sampai kapanpun.
Selalu ada yang menangguk untung besar di tengah penderitaan manusia.
Dalam kasus pandemi Covid-19 ini pun hal yang sama terjadi.
Kalangan yang menyebut keharusan booster, ini merepotkan masyarakat dan akan mengganggu mobilitas yang pada akhirnya memengaruhi recovery ekonomi.
- Layanan Kurban Iduladha Perluas Kepedulian dan Manfaat bagi Masyarakat
- Soal Lagu Bayar Bayar Bayar, GPA Ungkit Peran Polisi Saat Banjir & Penanganan Covid-19
- Isu COVID & Lab Wuhan Mencuat Lagi, China Gercep Membela Diri
- Sidang Tuntutan Korupsi APD Covid-19 di Sumut Ditunda, Ini Masalahnya
- Trump Bikin Gebrakan Hari Pertama, Langsung Teken Keppres agar AS Keluar dari WHO
- Kasus Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Ada yang Anak-anak