Boxing Day

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Boxing Day
Timnas Indonesia. Foto: diambil dari pssiorg

Coba bayangkan, kapan terakhir kali ada pertandingan semifinal sepak bola internasional dengan tiga pemain dalam satu tim diusir wasit. Entahlah, kapan itu. Yang jelas Indonesia selamat dari trauma. Indonesia selamat dari kutukan Singapura.

Meski kalah, pertandingan semifinal ini akan menjadi kenangan yang tidak bakal terlupakan oleh Singapura. Seumur hidup mereka tidak akan lupa.

Tragedi Boxing Day 2021 ini tidak akan menjadi aib bagi Singapura, sebaliknya akan menjadi semangat yang bakal menjadi kekuatan Singapura setiap kali menghadapi Indonesia di masa datang.

Ibarat pertempuran bersejarah 10 November, Indonesia memang kalah karena jumlah korban jauh lebih besar dibanding tentara lawan. Namun, momen 10 November adalah momen heroik yang memberi spirit perjuangan besar bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi kekuatan lawan sebesar apa pun.

Dalam sejarah pertempuran Perang Dunia Kedua ada perang Galipolli yang dialami tentara Australia di Turki. Pasukan Australia kalah dengan korban besar. Namun, spirit Galipolli hidup terus dan diperingati setiap tahun sebagai bukti kepahlawanan dan kehebatan tentara-tentara Australia dalam kancah perang dunia.

Mungkin seperti itulah yang dialami Singapura. Kekalahan di semifinal ini akan menghasilkan spirit yang akan tetap hidup selama-lamanya. Kenangan ini akan dicatat oleh sejarah sepak bola Singapura dan menjadi kisah heroik yang bisa menjadi mitos yang hidup terus sepanjang masa.

Seperti kekalahan Indonesia dalam kancah sepak bola Olimpiade Melbourne 1956, ketika melawan kesebelasan Uni Soviet yang jauh lebih superior. Indonesia bisa menahan seri 0-0, tetapi pada pertandingan ulangan Indonesia kehabisan tenaga dan dilanda kelelahan yang tidak tertahankan. Indonesia kalah telak 0-4. Kenangan heroik itu tetap hidup sampai sekarang.

Keberhasilan menahan Soviet tetap dikenang sampai sekarang dan sampai kapan pun. Sementara itu, kekalahan pada tanding ulang akan dilupakan, dan kalau toh diceritakan, akan tetap menjadi momen heroik yang membanggakan.

Andai kalah dari tim yang menyisakan 8 pemain terjadi, Indonesia akan menanggung trauma nasional seumur hidup.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News