Boy Rafli: Silakan Kritik Densus
Jumat, 12 April 2013 – 06:54 WIB
Menurut dia, kondisi Poso sebenarnya mulai stabil setelah perjanjian Malino. Para tokoh agama Islam dan Kristen sepakat untuk mengakhiri konflik. Namun, Densus malah menggelar operasi antiteror yang membuat belasan orang meninggal pada 2007.
Baca Juga:
Padahal, jika dirunut, akar konflik Poso adalah dendam atas pemusnahan pesantren Wali Sanga dan pembantaian sekitar 400 santri yang belajar di situ.
Di antara seluruh kritikan, Slamet cenderung lebih halus. Dia mengatakan, pada dasarnya terorisme di Indonesia berakar dari mancanegara. Diawali dengan perang dingin, yang kala itu sebagian besar Negara Islam mendukung Ameriuka serikat. Lalu, ujungnya adalah peristiwa 11 September 2001 yang membuat Islam seakan menjadi musuh bersama.
Setelahnya, muncul bom bali I dan Polri membentuk Densus 88 yang dilatih di Australia dan AS. Setelah terror mereda, rupanya densus harus tetap berfungsi. Jadilah pusat konflik yang melibatkan umat Islam diberi label sebagai aksi teroris.
JAKARTA - Kritikan terhadap Densus 88 Antiteror Mabes Polri masih belum mereda. Hal itu terungkap dalam diskusi bertajuk Memberantas Terorisme tanpa
BERITA TERKAIT
- BKD Jabar: 400 Tenaga Non-ASN Belum Mendaftar PPPK Tahap 2
- Cerita Nelayan soal Pagar Laut: Dibangun Swadaya untuk Hadapi Abrasi dan Lindungi Tambak Ikan
- Pemerintah Dukung Partisipasi Indonesia di New York Fashion Week
- Tenaga Non-ASN Lolos Seleksi PPPK Kota Semarang Tak Seusai Kualifikasi, Waduh!
- Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Ajukan Praperadilan ke PN Jaksel, KPK: Kami Menghormati
- PERADI-SAI Serukan Salam Damai dan Persatuan ke Seluruh Advokat