BPLS Makin Kewalahan Atasi Semburan Lumpur

BPLS Makin Kewalahan Atasi Semburan Lumpur
BPLS Makin Kewalahan Atasi Semburan Lumpur

Pembuangan ke laut sudah dilakukan. Namun, debit air Kali Porong yang kecil menjadikan lumpur mengendap. ”Permasalahan muncul kembali,” ucap Kusairi yang menceritakan, akibat semua itu, warga di sepanjang Kali Porong berencana mengadakan aksi unjuk rasa hari ini.

Saat ini pihaknya mengaku berada pada posisi dilematis. Jika lumpur ditampung, kolam tidak mampu karena kondisinya sudah penuh. Bila dialirkan ke kali, warga berontak. ”Karena lumpur hanya akan mengendap, ” jelas dia yang menyebut debit lumpur yang keluar sampai saat ini masih 100 ribu meter kubik per detik. Karena tidak kunjung tersalur keluar, lumpur hitam pekat dan bersuhu panas itu hanya berputar-putar sehingga yang terdampak langsung bencana semakin luas.

Sebenarnya ada langkah alternatif yang bisa dilakukan BPLS, yakni membuang lumpur ke kolam penampungan Renokenongo. Hanya, kolam tersebut belum sepenuhnya jadi. Penyebabnya, pembangunan kolam terhalang oleh masih banyaknya warga yang bertahan meski wilayahnya sudah masuk peta. ”Mereka beralasan belum mendapat ganti rugi, ” katanya.

Menurut Kusairi, luas kolam yang belum dibangun itu mencapai 70 hektare. Jika sudah terbangun tanggul melingkar kawasan itu, lumpur bisa dialirkan ke kolam tersebut. ”Tapi, sampai sekarang kami terkendala adanya warga yang belum menerima ganti rugi, ” ucapnya.

SIDOARJO - Kabar dari pusat semburan lumpur Lapindo lama tak terdengar. Namun, tidak berarti lumpur sudah tidak menyembur lagi dari bekas lubang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News