BPOM Soroti Masih Adanya Permintaan Kosmetik Bermerkurium di Konsumen

"Pengawasan BPOM juga dilakukan berdasarkan analisa risiko. Salah satunya dengan mewaspadai risiko bagi kesehatan. Dalam hal ini yang diakibatkan kosmetik bermerkuri. Apabila menggunakan kosmetik yg didalamnya terdapat merkuri. Kosmetik bermerkuri bukan hanya merusak wajah, juga dalam jangka panjang menyebabkan kanker kulit, gangguan janin bila digunakan saat kehamilan, gangguan syaraf, dan penyakit ginjal," tutur Penny.
Selain itu, BPOM juga berupaya menekan permintaan konsumen sehingga produk kosmetik bermerkuri hilang dari pasaran.
BPOM, kata dia, melakukan langkah edukasi publik seperti menggelar diskusi, bahwa kecantikan tidak didasarkan pada kulit putih.
"Masyarakat harus cerdas dan mampu membeli produk aman dan berkualitas. Tidak terpengaruh oleh promosi yang berkebihan dari kosmetik bermerkuri. Terutama, sekarang ini semakin marak peredaran makan dan obat secara daring selama pandemi ini. Perlu diedukasi bersama," beber dia. (ast/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
BPOM menyebut permintaan kosmetik bermerkurium yang masih tinggi mengakibatkan produk tersebut tetap beredar di pasaran.
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan
- Komitmen BPOM Soal Pengawasan Produk Kosmetik yang Beredar di Masyarakat
- BPOM Bantah Isu di Medsos soal Produk Ratansha Gunakan Merkuri
- BPOM Temukan Boraks dalam Kerupuk Gendar saat Inspeksi Takjil di Semarang
- Pakar Sebut Informasi Air Galon Sebabkan Kemandulan Pembodohan Publik
- KKI Temukan 40% Galon Guna Ulang Sudah Berusia di Atas 2 Tahun, Ini Bahayanya
- KKI: 75% Distribusi Galon Guna Ulang Tidak Penuhi Standar Keamanan