Brandon Assamariyyun
Oleh: Dahlan Iskan
"Mati saya. Haruskah saya mati malam ini?" kurang lebih begitu perasaan Brandon saat itu. Seperti yang ia ungkapkan ke berbagai media di sana.
Akan tetapi, ia harus bertanggung jawab malam itu. Ia datangi orang itu. Tenaga mudanya menjadi modal yang sangat penting. Ia rebut senjata itu. Ia dipukul. Di wajahnya.
Orang yang bersenjata itu juga mendorong bagian belakang kepalanya.
Brandon terus merebut senjata dari orang itu. Ia gunakan sikunya untuk merenggangkan badan orang itu dari senjata yang sudah ia pegang. Kuat sekali. Berhasil. Senjata lepas dari tangan orang itu. Brandon menguasai sepenuhnya senjata itu.
"Pergi! Sana! Keluar! Saya tembak kamu!" teriak Brandon pada orang itu. Kurang lebih begitu. Sambil senjata itu ia todongkan ke arah orang itu.
Orang itu pun keluar dari Lai Lai: menuju mobil van putih yang diparkir di depan. Kabur.
Brandon dengan senjata masih di tangan menelepon polisi. Semua adegan itu terekam CCTV, kecuali saat Brandon bergerak agak melebar.
Nama orang bersenjata itu, Anda sudah tahu: Huu Can Tran. Umur 72 tahun. Sama dengan orang yang melakukan penembakan di Star Dancing Hall Monterey Park setengah jam sebelumnya. Yang menewaskan 11 orang itu.
Motif penembakan massal di Star itu kian nyata: cemburu. Ia tidak diundang ke pesta dansa malam itu. Padahal ia dan istri pelanggan Star Studio.
- Kloning Javier
- Seusai Membunuh-Buang Mayat Paryatun ke Jurang, Iwan Doggy Mengambil Harta Korban
- Sumur Tua
- Polisi yang Tembak Mati Siswa SMK di Semarang Masih Berstatus Terperiksa
- Seperti Ini Kepribadian Sehari-hari Anak Bunuh Ayah dan Nenek di Cilandak Jaksel
- Geger, Guru di Kampar Ditemukan Tewas dengan Luka Robek di Leher, Sekujur Tubuh Terbakar