Brandon Assamariyyun

Oleh: Dahlan Iskan

Brandon Assamariyyun
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Motif penembakan massal di Star itu kian nyata: cemburu. Ia tidak diundang ke pesta dansa malam itu. Padahal ia dan istri pelanggan Star Studio. Sedangkan mantan istrinya diundang.

Saat itu Brandon tidak tahu bahwa Tran baru saja datang dari arena berdarah di Star Dance Studio di Monterey Park. Ia pikir orang itu datang untuk merampok.

"Saya tidak kenal orang itu," ujar Brandon. Mungkin Tran biasa dansa di Lai Lai di saat Brandon lagi tidak dapat giliran bertugas.

Ayah Brandon, sebenarnya sudah mendoktrin anak-anaknya: kalau ada perampok datang, beri saja uang. Jangan korbankan nyawa.

Brandon pun awalnya mengira orang itu akan merampok. Tetapi kok tidak langsung beraksi. Kok menebar pandang dulu ke lantai dansa, seperti lagi cari-cari sasaran.

Maka Brandon berkesimpulan akan terjadi pembunuhan. Itulah sebabnya ia langsung merebut senjata itu. Kalau tidak, berapa nyawa lagi akan melayang.

Di situlah Brandon dianggap pahlawan. Namanya jadi buah bibir. Muda. Ganteng. Berjenggot pendek. Berani. Sampai ada yang menggelarinya James Bond dari Alhambra.

Ada juga yang menggelarinya sebagai Good Samaritan. Gelar ini diambil dari kitab Injil, Lukas 10: 25-29.

Motif penembakan massal di Star itu kian nyata: cemburu. Ia tidak diundang ke pesta dansa malam itu. Padahal ia dan istri pelanggan Star Studio.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News