Brazil

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Brazil
Kuburan orang yang meninggal karena Covid-19 di pemakaman Parque Taruma di Manaus, Brasil. Foto: REUTERS/Bruno Kelly

Rumah sakit penuh, pasien telantar tidak terawat bergeletakan di tempat terbuka, dan oksigen yang esensial sebagai penyelamat nyawa menjadi barang langka.

Jenazah-jenazah berjejer-jejer di pinggir jalan menunggu antrean untuk dikremasi. Pemandangan itu terasa mengerikan dan menyesakkan dada.

Dan ternyata, hari-hari ini pemandangan itu terjadi di depan mata kita sendiri. Tidak percaya, tetapi nyata, sad but true, seperti mimpi, tetapi menjadi kenyataan.

Ledakan di India dikaitkan dengan even keagamaan tahunan mandi di Sungai Gangga yang diikuti oleh jutaan umat Hindu.

Ketika ledakan yang sama terjadi di Indonesia hal itu juga dikaitkan dengan berbagai even keagamaan.

Hal menimbulkan iritasi di kalangan pemuka agama Islam di Indonesia, seolah-olah Islam disalahkan sebagai penyebab ledakan penyakit.

Karena itu, ketika pemerintah menerapkan aturan darurat, yang antara lain menutup sementara tempat ibadah, perlawanan dari kalangan pemimpin agama makin sengit.

Para ahli epidemiologi sudah mengklarifikasi hal itu. Kerumunan memang menjadi faktor. Namun, ledakan utama terjadi karena varian baru ini jauh lebih ganas dari varian mana pun yang sebelumnya pernah muncul. Dan, ternyata varian ini sudah menyebar ke hampir 100 negara di seluruh dunia.

Brazil sudah sejak awal kasus pandemi menjadi salah satu black spot, lubang hitam dunia, karena penanganannya yang sembarangan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News