Brigadir Wahyu Pengin Peluk Mama Terus, Inikah Firasat Itu?
jpnn.com - BRIGADIR Wahyu Dianto,22, anggota Polda Sumbar, meninggal dunia akibat kecelakaan kecelakaan tragis di jalan raya Bukittinggi-Payakumbuh, persisnya di jembatan PLTA Batang Agam, Jumat lalu (17/6). Jenazah bintara muda itu baru ditemukan, Minggu siang (19/6).
Saat itu, Wahyu mengawal mobil pengangkut uang dari Padang ke Payakumbuh. Meninggalnya Wahyu menyisakan kepedihan bagi ibu dan ayahnya yang berasal dari daerah transmigran Lunangsilaut, Pesisir Selatan, dan Penarik, Muko-muko, Bengkulu. Seperti apa, sosok Brigadir Wahyu di mata keluarga?
FAJAR R VESKY-- Payakumbuh
Bola mata Murtini,41, nampak sembab. Perempuan Jawa yang lahir dan besar di daerah transmigran, Lunangsilaut, Kabupaten Pesisir Selatan, itu tidak menyangka, putra semata wayangnya, Brigadir Wahyu Dianto,22, bakal meninggal dalam usia yang masing teramat muda.
Penemuan jenazah Brigadir Wahyu, pada satu sisi, membuat Murtini lega. Karena masih bisa melihat wajah sang putra untuk terakhir kali. Walau dengan kondisi tidak utuh, sebab Brigadir Wahyu mengalami luka parah di bagian dahi dan kepalanya. Namun di sisi lain, batin Murtini remuk redam. Perasaannya, hancur berkeping-keping.
"Tidak tahu pak, apa yang harus saya katakan. Saya tidak menyangka Wahyu pergi begitu cepat," ujar Murtini, saat ditanya Padang Ekspres (Jawa Pos Group) di ruang jenazah, RSUD Adnaan WD Payakumbuh, Minggu siang (19/6).
Di ruangan tersebut, Murtini yang masih kuat menjalankan ibadah puasa, tidak sendirian. Bersamanya, ada sang suami, Misar Adi M,44 yang juga berasal dari pulau Jawa tapi besar di Desa Maju Makmur, Kecamatan Penakit, Kabupaten Muko-Muko, Provinsi Bengkulu.
Seperti Murtini, Misar juga shock berat akibat kematian Brigadir Wahyu. Namun, petani sawit ini masih sanggup meladeni awak media dan polisi yang menanyainya. Menurut Misar, Brigadir Wahyu adalah satu-satunya anak lelaki yang ia miliki.
BRIGADIR Wahyu Dianto,22, anggota Polda Sumbar, meninggal dunia akibat kecelakaan kecelakaan tragis di jalan raya Bukittinggi-Payakumbuh, persisnya
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara