Bruce Christie dari Australia Raih Penghargaan karena Bantu Perkembangan Kriket di Indonesia

Bruce Christie dari Australia Raih Penghargaan karena Bantu Perkembangan Kriket di Indonesia
Sebagai pemain dan pelatih, Bruce Christie memiliki antusiasme tentang kriket sejak usia muda. (ABC Illawarra: Brooke Chandler)

Dari dokter hewan hingga ahli biosekuriti, Bruce Christie telah dipanggil dengan berbagai sebutan selama hidupnya, tetapi salah satu julukannya yang kurang dikenal adalah "Bapak Kriket Indonesia".

"Saya pikir julukan itu keliru dalam penerjemahan — seharusnya kakek, bukan ayah," candanya.

Pria berusia 68 tahun dari wilayah Illawarra, New South Wales ini baru-baru ini menerima penghargaan prestasi pencapaian seumur hidup dari Persatuan Cricket Indonesia (PCI), sebagai pengakuan atas kontribusinya terhadap pengembangan kriket di negara ini.

"[Ini] benar-benar tiba-tiba, benar-benar tak terduga, tetapi saya sangat menghargainya," katanya.

Kriket pertama kali diperkenalkan ke Indonesia oleh imigran Belanda dan Inggris pada akhir tahun 1800-an.

Namun, permainan ini sebagian besar dimainkan oleh ekspatriat, sementara penduduk setempat lebih menyukai olahraga lokal seperti Kasti — permainan yang mirip dengan bisbol.

Bruce pindah ke Nusa Tenggara Timur pada tahun 1995 saat bekerja pada proyek AusAid dan mulai mengajar kriket kepada penduduk setempat karena "tidak banyak yang bisa dilakukan."

"Anak saya juga pemain kriket di bawah 11 tahun saat itu, dan kami ingin dia terus bermain kriket sehingga saat dia kembali ke Australia, dia bisa kembali bermain dalam tim," katanya.

Dari dokter hewan hingga ahli biosekuriti, Bruce Christie telah dipanggil dengan berbagai sebutan selama hidupnya, tetapi salah satu julukannya yang kurang dikenal adalah

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News