'Brutal dan Mencekam, Itulah yang Kami Hadapi'

'Brutal dan Mencekam, Itulah yang Kami Hadapi'
Rombongan Legiun Veteran Republik Indonesia Cabang Banjarmasin saat berziarah ke Makam Pahlawan Nasional Brigjen Hasan Basry di Liang Anggang, Banjarbaru, kemarin (2/1). Foto: Syarafuddin/Radar Banjarmasin/JPNN.com

Pembebasan Timor Timur disamakan dengan upaya penjajahan. "Seolah-olah kami ini Belanda versi baru bagi Indonesia," ucapnya.

Namun, akademisi, jurnalis atau politisi boleh bicara macam-macam. Toh, yang dihadapi Sukarno dan Nanang adalah nyata.

Darah yang mereka lihat warnanya merah. "Perang yang Anda lihat di film, brutal dan mencekam, seperti itulah yang kami hadapi," tegasnya.

Dibentuk tahun 1974, Batalyon 600 Raiders berisi 74 serdadu. Dua belas dinyatakan gugur, sisanya terluka. Tak sedikit yang cacat seumur hidup.

Sukarno lantas melepas sepatu sebelah kiri. Ia menunjukkan bekas tusukan di telapak betisnya. Luka itu ia peroleh saat coba merebut sepeda motor musuh. "Ini cinderamata saya," tukasnya.

Berisi Suku Banjar, Dayak, Jawa dan Manado, korban tewas di Batalyon 600 Raiders terbilang amat sedikit.

Mereka percaya ada unsur mistis yang menyelamatkan mereka. "Berangkat dari tanah Banjar kami dikuntit dan dilindungi roh Pangeran Suryanata," ujarnya yakin.

Beranjak ke masa kini, keduanya menjadi anggota Dewan Pimpinan Cabang LVRI Banjarmasin. Ketua LVRI, Kaspul Anwar Syahdan kebetulan salah seorang komandan di Operasi Seroja.

PROVINSI Timor Timur lepas dari NKRI berdasar hasil referendum 1999. Kini, hati Sukarno remuk. Ia teringat 12 sahabat yang gugur di Bumi Loro Sae.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News