Brutus
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Dalam pidato pengukuhan, Mega tidak menyebut nama Jokowi. Dia hanya menyebut nama Menhan Prabowo Subianto dan Mendikbud Nadiem Makarim.
Jokowi dan Ganjar adalah dua petugas partai di PDIP. Jokowi boleh menjadi presiden dan Ganjar menjadi gubernur.
Namun, di mata Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, baik Jokowi maupun Ganjar hanyalah petugas partai yang ditugaskan untuk menjadi presiden dan gubernur.
Oleh karena itu ketika Jokowi si petugas partai tidak datang pada acara yang sangat penting bagi ketua parpolnya, dia telah mengirim sinyal politik yang jelas.
Jokowi mungkin menganggap acara itu tidak penting.
Sebaliknya Jokowi memilih bertemu Ganjar di Semarang. Ini menjadi sinyal bahwa Jokowi lebih memprioritaskan Ganjar ketimbang Mega.
Ini bisa dianggap sebagai sinyal mbalelo, menentang ketua partai. Atau, mungkin, sudah terlihat ada proses "brutuisasi" atau pembrutusan di antara dua kekuatan.
Mega dengan tegas mengatakan, siapa pun yang tidak menjalankan kebijakan partai harus out dari PDIP. Meskipun Mega tidak menyebut nama, tetapi isyarat itu juga menjadi sindiran untuk Ganjar.
Mungkinkah ada skenario lain yang menjadikan Jokowi berperan sebagai Brutus? Lantas, siapa yang menjadi Julius Caesar?
- Budayawan Anggap Jokowi Merusak Peradaban Indonesia, Rakyat Perlu Bergerak
- Demi Prabowo, Feri Mengajak Rakyat Kalahkan 20 Calon Kada yang Didukung Mulyono
- Deddy PDIP: Saya Tersinggung, Pak Prabowo Diperlakukan Seperti Itu di Solo
- Gibran Diduga Mulai Bersiap untuk Pilpres 2029, Indikasi Berani Menelikung Prabowo?
- Besok Pilkada, Ayo Bantu Prabowo Lepas dari Pengaruh Mulyono
- Pakar Politik Menyamakan Jokowi dengan Pembunuh Berdarah Dingin, Ini Sebabnya