Brutus
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Alih-alih memenuhi janji itu, Mega meninggalkan Prabowo. Putri Proklamator RI Bung Karno itu menandatangani surat rekomendasi yang berisi dukungan PDIP untuk Jokowi.
Kali ini Mega bertekad untuk memenuhi janjinya. Duet Prabowo-Puan akan membuka jalan bagi trah Sukarno untuk kembali memimpin Indonesia, meskipun harus melewati tangga wakil presiden.
Kesepakatan ini tidak memuaskan semua pihak. PDIP adalah partai pemenang dengan elektabilitas yang konsisten di puncak tangga di setiap survei.
Sebagai partai pemenang dan partai penguasa, the ruling party, PDIP seharusnya mengincar kursi RI 1 daripada hanya menjadi ban serep di posisi RI 2.
Kesepakatan itu, mungkin, tidak memuaskan Jokowi karena dia tidak bisa menentukan siapa yang akan menjadi penggantinya.
Sangat penting bagi Jokowi untuk mempunyai pengganti yang bisa dipercaya untuk mengamankan masa pensiunnya setelah lengser.
Tanpa pengamanan politik yang memadai dari presiden mendatang, Jokowi akan menjadi telur di ujung tanduk.
Jokowi juga ingin mengamankan posisi trah politiknya -Gibran di Solo dan Bobby di Medan— yang masih membutuhkan proteksi politik karena political positioning-nya yang masih belum mantap.
Mungkinkah ada skenario lain yang menjadikan Jokowi berperan sebagai Brutus? Lantas, siapa yang menjadi Julius Caesar?
- Pakar Politik Menyamakan Jokowi dengan Pembunuh Berdarah Dingin, Ini Sebabnya
- Jokowi Aktif Mendukung Paslon Tertentu, Al Araf: Secara Etika Itu Memalukan
- Al Araf Nilai Jokowi Memalukan Turun Kampanye di Pilkada 2024
- Hasto PDIP: Bu Megawati Mencoblos di Kebagusan bareng Keluarga
- Pengamat Heran PDIP Protes Mega Ada di Stiker 'Mau Dipimpin Siapa?'
- Hasto PDIP Nilai Prabowo Sosok Kesatria, Lalu Menyindir Jokowi