Buah Sembrono
Oleh Dahlan Iskan
Begitu mahal harga anggur di Inggris --dan di mana pun. Di tempat pajangan pun tidak banyak tersedia. Semua dibungkus karton kecil-kecil. Seperti benda permata saja.
Di Xinjiang anggur dianggap buah murah biasa. Memajangnya pun sembrono sekali. Dionggokkan begitu saja. Siapa saja boleh memetiknya. Untuk dicoba rasanya. Tidak ada rasa khawatir anggurnya berkurang.
Saya pun memetik satu butir dari tangkainya. Ups... Semanis anggur candy. Warna apa saja sama manisnya: hijau, kuning, coklat, hitam dan bersaput pink. Ukuran besar kecil tidak ada bedanya. Bundar atau lonjong sama menariknya.
Anggur seperti tidak ada harganya. Kami pun selalu membelinya --berkilo-kilo. Di dalam mobil selalu ada anggur berkresek-kresek.
Yang juga banyak adalah buah delima. Yang kalau di Indonesia hanya dapat dibeli di toko buah yang amat khusus.
Di Xinjiang buah delima dionggokkan di bawah tiang listrik!
Rupanya anggur berlebihan di Xinjiang. Sampai kismis anggur kering ada di mana-mana. Kismisnya besar-besar pula.
Kuaci pun kini sudah beraneka rasa. Terutama kuaci yang dari biji bunga matahari.