Buaya Masih Mengganas, Santri Dilarang ke Sungai

Buaya Masih Mengganas, Santri Dilarang ke Sungai
Buaya Masih Mengganas, Santri Dilarang ke Sungai
Mengenai proses belajar mengajar di Pondok Pesantren Sabilal Muhtadin pasca musibah tewasnya santri mereka, menurut H Maki, hingga saat ini berjalan lancar. “Untuk proses belajar hingga sekarang masih normal. Namun, santri kami masih terlihat trauma. Semoga trauma yang dialami para santri kami itu secepatnya hilang supaya mereka bisa menatap masa depan yang lebih baik lagi,” pungkasnya.

Tidak hanya santri Pondok Pesantren Sabilal Muhtadin, tewasnya santri akibat dimangsa buaya juga membuat masyarakat Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, ketakutan. Mereka kini membatasi aktivitas di sungai dan lebih memilih memaksimalkan pompa air untuk menyedot air.

“Warga Desa Jaya Karet trauma. Mereka tidak berani turun kesungai alasannya, takut karena buaya pemangsa itu masih keliaran di Sungai Mentaya khususnya di sekitar desa kami ini. Saya lihat sekarang warga kami tidak lagi turun ke sungai. Mereka rata-rata menggunakan mesin pompa untuk mengambil air di sungai. Maklum, masih trauma dan lagi buaya pemangsa manusia itu belum dikonservasi atau ditangkap,” ungkap Kepala Desa Jaya Karet, Fauji.

Menurut Fauji, kejadian mengerikan yakni buaya memangsa manusia di kawasan itu bukan pertama kali terjadi di wilayah Kecamatan MHS ini. Sebelumnya insiden serupa terjadi di Bagendang Kecamatan Mentaya Hilir Utara.

SAMPIT – Tewasnya Agus Riadi (12), santri Pondok Pesantren (Ponpes) Sabilal Muhtadin di Desa Jaya Karet, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News