Bubarkan Pemerintah dan Tangkap Legislator, Presiden Tunisia Berjanji Tak Akan Jadi Diktator
jpnn.com, TUNIS - Presiden Tunisia Kais Saied berjanji dirinya tidak akan menjadi diktator, menyusul penangkapan dua anggota parlemen setelah Saied mencabut kekebalan hukum mereka, Jumat (30/7).
Saied juga menolak tuduhan telah melakukan kudeta setelah membekukan pemerintah pekan ini.
Tunisia terjerembab ke dalam krisis politik setelah pada Minggu Presiden Saied memecat perdana menteri (PM) dan membekukan parlemen selama 30 hari.
Akibat tindakannya itu, partai-partai besar Tunisia menuduh Saied melakukan kudeta.
Dia belum mengambil langkah-langkah penting untuk meyakinkan rakyat Tunisia seperti menunjuk PM sementara dan menyusun peta jalan (roadmap) untuk mengakhiri tindakan-tindakan darurat.
"Saya tahu isi konstitusi dengan sangat baik, menghormatinya dan mengajarkannya, dan setelah semua ini saya tidak akan berubah jadi diktator seperti dikatakan sejumlah orang," kata kantor kepresidenan mengutip Saied, mantan profesor hukum.
Tunisia menjadi negara demokrasi sejak revolusi 2011 dan peristiwa politik dalam sepekan terakhir telah meningkatkan kekhawatiran terhadap hak dan kebebasan di negara itu.
Pada Jumat, anggota parlemen dan penulis blog berpengaruh Yassin Ayari ditangkap dan pemerintah mengumumkan investigasi atas dugaan kekerasan yang dilakukan oleh pengunjuk rasa pada Senin yang memprotes langkah Saied.
Presiden Tunisia Kais Saied tetap bersikeras bahwa dirinya tidak berniat jadi diktator meski semua tindakannya sejauh ini mengatakan sebaliknya
- Di Tunisia, Dubes Zuhairi Sebut Perjuangan RI Tanpa Henti untuk Kemerdekaan Palestina
- Argentina & Slovenia Petik Kemenangan Perdana di Road to Paris
- Ikhtiar Dubes Zuhairi agar Mahasiswa Indonesia Pahami Geopolitik Secara Langsung
- Prajurit TNI AL Gelar Pementasan Seni dan Budaya Indonesia di Afrika
- Memampukan Sistem Hukum Ketatanegaraan Mengelola Beragam Krisis
- Dubes Zuhairi Promosikan Tradisi Ramadan Indonesia di Tunisia