Bubarkan Pemerintah dan Tangkap Legislator, Presiden Tunisia Berjanji Tak Akan Jadi Diktator
Langkah Saied membekukan wewenang eksekutif tampaknya mendapat dukungan luas di Tunisia.
Negara itu selama bertahun-tahun mengalami salah urus, korupsi, kelumpuhan politik dan stagnasi ekonomi.
Kondisi itu diperberat dengan dengan adanya lonjakan kasus COVID-19 tahun ini.
Amerika Serikat pada Jumat mengirimkan 1 juta dosis vaksin Moderna ke Tunisia melalui program COVAX, kata kedutaan besar AS di Tunisia.
Saied pada Jumat memindahkan waktu pemberlakuan jam malam COVID-19 dari pukul 19 ke pukul 22.
Meski mengalami krisis politik, belum ada tanda-tanda kerusuhan terjadi di Tunisia sejak aksi protes di luar parlemen pada Senin.
Washington telah menjadi pendukung vokal demokrasi Tunisia sejak revolusi.
"Kami mendesak Presiden Saied untuk memberi peta jalan yang jelas dan segera mencabut aturan darurat, serta menghentikan pembekuan parlemen," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Jalina Porter pada Jumat. (ant/dil/jpnn)
Presiden Tunisia Kais Saied tetap bersikeras bahwa dirinya tidak berniat jadi diktator meski semua tindakannya sejauh ini mengatakan sebaliknya
Redaktur & Reporter : Adil
- Terima Kunjungan Utusan Partai Nahdhoh Tunisia, Sultan: Lembaga Parlemen Adalah Roh Demokrasi
- Di Tunisia, Dubes Zuhairi Sebut Perjuangan RI Tanpa Henti untuk Kemerdekaan Palestina
- Argentina & Slovenia Petik Kemenangan Perdana di Road to Paris
- Ikhtiar Dubes Zuhairi agar Mahasiswa Indonesia Pahami Geopolitik Secara Langsung
- Prajurit TNI AL Gelar Pementasan Seni dan Budaya Indonesia di Afrika
- Memampukan Sistem Hukum Ketatanegaraan Mengelola Beragam Krisis