Bukan Dinasti
Oleh: Dahlan Iskan
Koumintang pernah punya isu besar nasional: mengajukan RUU perdagangan bebas dengan Tiongkok. Isu ini tidak pernah lagi disinggung. Penolakannya terlalu besar.
Saat RUU itu diajukan, suku demo yang meledak terlalu besar. Pun sampai gedung DPR Taiwan diduduki demonstran.
Menurut Koumintang, dengan perdagangan bebas itu, maka soal ketegangan dengan Tiongkok akan selesai. Tanpa saling klaim. Toh sudah seperti Kanada dengan Amerika.
Atau seperti Uni Eropa. Tetapi ide itu dianggap berlebihan: jalan pintas menuju penyatuan.
Sebenarnya di Pilpres tahun 2020 itu hampir pasti Han yang akan menang. Nasibnya saja yang belum ada: ada gempa politik di Hong Kong, guncangannya lebih keras di Taiwan.
Ke depan orang akan melihat kiprah Chiang muda sebagai wali kota Taipei. Kalau saja setahun ke depan Chiang sangat mengesankan, bisa jadi ia akan mencalonkan diri di Pilpres 2024. Maka kembali Taiwan ke tangan Koumintang.
Anak Chiang Kai-shek masih jadi presiden Taiwan: Chiang Ching-kuo. Tetapi cucu Chiang Kai-shek sudah tidak mewarisi jabatan politik tertinggi lagi. Jadilah Taiwan negara non-dinasti.
Chiang Ching-kuo tidak mau mewariskan jabatan presiden kepada anaknya. Ia menunjuk Lee Teng-hui menjadi presiden pertama Taiwan yang lahir di Taiwan. Lee akhirnya menyatakan pemerintahan otoriter diakhiri.
Banyak analis menyimpulkan Taiwan segera bergabung ke Tiongkok. Ada lagi yang bilang di Pilpres dua tahun lagi partainya Tsai Ing-wen pasti kalah.
- Bagja: Bawaslu Tangani 137 Permohonan Sengketa Paslon Pilkada
- 3 Paslon Adu Gagasan di Debat Ketiga Pilgub Sumsel
- Datuk ITB
- Pilkada Morowali, Taslim dan Asgar Ali Yakin Menang di Atas 40 Persen Suara
- Janji Kaesang kepada Rakyat Papua Barat Daya: ARUS Jaga Amanah dan Tidak Korupsi
- Jika Terpilih, Ridwan Kamil Berjanji Membereskan Masalah Kampung Bayam