Bukan Sekadar Dua Boneka dari India
Maka disadarilah untuk berubah haluan.
Tahun 1991 Partai Kongres menang pemilu. Narasimha Rao terpilih sebagai perdana menteri. Dia seorang advokat lulusan Inggris, tapi sejarah mencatatnya sebagai ”Bapak Reformasi Ekonomi India”. Dunia mengenalnya sebagai ”penghancur perizinan”. Segala macam keruwetan perizinan di bidang usaha dia sederhanakan.
Rao berani mengangkat seorang menteri keuangan yang ternyata dia benar: Manmohan Singh. Dia adalah ekonom lulusan dua perguruan tinggi terbaik di dunia sekaligus: Cambridge dan Oxford. Dengan prestasi kelulusan terbaik.
Rao dibilang benar karena kelak terbukti Manmohan Singh berhasil terpilih sebagai perdana menteri India. Bahkan perdana menteri terlama berkat kesuksesannya: sepuluh tahun (2004–2014).
Revolusi ekonomi gelombang pertama itu membuat India berubah. Kemajuan IT-nya sudah diketahui luas. Cadangan devisanya naik 50 kali lipat. GDP-nya naik empat kali lipat.
Kelas menengahnya? Tumbuh seperti bunyi gendang India. Kini India memiliki 250 juta konsumen kelas menengah. Inilah modal kemajuan ekonomi ke depan. Apalagi, struktur demografinya sangat mendukung: separo dari jumlah penduduknya yang 1,2 miliar adalah anak berusia di bawah 25 tahun. Ekonom melihat ini sebagai ”bonus demografi”. Kalau umur orang India dibuat rata-rata, komposisinya terbaik di dunia: 29 tahun. Umur rata-rata di Tiongkok 36 tahun.
India sungguh beruntung. Pemenang pemilu tahun lalu memang dari partai yang berlawanan, tapi ideologi pembangunannya sama: pembangunan ekonomi.
Bahkan kini lebih probisnis. (*)